Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Indonesia Mesti Lirik Tandan Kosong Sawit, Bisa Jadi Bioethanol Hingga Ragi Kering

Indonesia Mesti Lirik Tandan Kosong Sawit, Bisa Jadi Bioethanol Hingga Ragi Kering Kredit Foto: Antara/Iggoy el Fitra

“Padi adalah sumber lignoselulosa terbesar. Namun, padi terdapat di sawah sehingga membutuhkan ongkos utilisasi yang sangat besar. Lain halnya dengan tandan kosong sawit yang sudah terkumpul di pabrik dan tinggal dimanfaatkan saja,” paparnya.

Dirinya menjelaskan proses pengolahan lignoselulosa di ITB. Pada mulanya, proses tersebut diawali dengan kerja sama antara Program Studi Teknik Kimia dengan PT Rekayasa Industri. Tujuan utama dari kerja sama tersebut tak lain adalah menciptakan lisensi proses pengolahan bahan lignoselulosa menjadi etanol sebagai bahan bakar.

Baca Juga: GAPKI: Eropa Bakal Tetap Membutuhkan Sawit

Melalui pengalaman serta ilmu yang didapatkan selama proses uji coba di sana, kemudian diterapkan dalam pabrik fraksionasi lignoselulosa. Pabrik tersebut merupakan hasil kerja sama antara ITB, Balai Besar Standarisasi Pelayanan Jasa Industri Agro Kemenperin RI, dan PT Rekayasa Industri. Pabrik ini pun diresmikan pada 8 Agustus 2024 silam.

Pabrik ini merupakan buah dari perjalanan kerja sama penelitian yang panjang. Berbagai detail permasalahan masih harus diselesaikan, serta bagaimana implementasi teknologi ini pada skala komersial.

Adapun produk turunan lignoselulosa yang dihasilkan meliputi bioethanol sebagai bahan bakar terbarukan, biobutanol berfungsi sebagai pelarut dan bahan bakar terbarukan, sementara ragi kering berfungsi sebagai pengembang roti dan bahan tambahan pangan. Dan terakhir asam sitrat yang digunakan sebagai aditif pangan.

"Kesimpulannya, Indonesia memiliki potensi besar dalam pemanfaatan lignoselulosa dari sektor perkebunan dan pertanian, yang dapat diubah menjadi berbagai produk bernilai tinggi," tuturnya.

Dengan memanfaatkan lignoselulosa sebagai sumber bahan bakar, katanya, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, meningkatkan daya saing industri hijau, serta menciptakan lapangan kerja baru.

Baca Juga: Ketar-ketir, Importir Bersiap Hadapi Mengecilnya Pasokan Sawit Indonesia

"Selain itu, pengembangan ekonomi sirkular dan kemakmuran bangsa akan semakin terdukung. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengembangkan bahan bakar dari lignoselulosa agar Indonesia tidak tertinggal. Peran pemerintah dalam menciptakan regulasi yang mendukung percepatan pengembangan ini juga menjadi faktor kunci," pungkasnya.

Halaman:

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: