Harga minyak dunia mencatat penurunan tajam pada penutupan perdagangan di Rabu (20/11). Hal ini dipicu oleh lonjakan stok minyak mentah dan bensin di Amerika Serikat (AS).
Dilansir Kamis (21/11), Minyak West Texas Intermediate turun 0,75% atau 52 sen menjadi US$68,87 per barel. Sementara Minyak Brent melemah 0,68% atau 50 sen ke US$72,81 per barel.
Ketidakseimbangan supply and demand komoditas ini menjadi sorotan utama dari investor. Data Energy Information Administration (EIA) menunjukkan adanya peningkatan stok minyak mentah dan bensin yang lebih besar dari perkiraan di AS. Ladang Johan Sverdrup di sisi lain juga kembali beroperasi penuh setelah pemadaman listrik.
Kedua hal ini membuat produksi minyak global berangsur pulih. Hal tersebut juga dihadapkan kepada masih lesunya permintaan minyak dari importir besar seperti China. Hal ini menyebabkan adanya ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan.
Beruntung, penurunan ini ditahan oleh meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Ukraina serta Israel dan Iran. Konflik ini menimbulkan kekhawatiran pasar terkait gangguan pasokan minyak global.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) juga sedang mempertimbangkan untuk menunda peningkatan produksi minyak pada pertemuan 1 Desember. Keputusan ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh lemahnya permintaan global.
Baca Juga: Jatuh Tempo, Merdeka Copper Gold (MDKA) Siapkan Dana Rp800 Miliar untuk Lunasi Utang
Fluktuasi harga minyak diperkirakan akan terus berlanjut, dengan risiko utama berasal dari ketidakpastian geopolitik dan dinamika pasokan global. Investor disarankan untuk memantau perkembangan geopolitik dan langkah OPEC+.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement