Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Semen Indonesia (SIG) Diminta Berbenah, DPR Sarankan Ubah Status Jadi Strategic Holding

Semen Indonesia (SIG) Diminta Berbenah, DPR Sarankan Ubah Status Jadi Strategic Holding Kredit Foto: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Komisi VI DPR RI mengajukan usulan penting terkait Semen Indonesia Group (SIG). Mereka merekomendasikan agar SIG diubah statusnya dari operating holding menjadi strategic holding. Usulan ini muncul dalam Rapat Dengar Pendapat dengan direksi SIG, Rabu (4/12/2024).

Anggota Komisi VI DPR RI, Kawendra Lukistian, menilai SIG selama ini hanya menikmati hasil dari aktivitas operasi entitas usaha di daerah tanpa memberikan dampak yang adil. "Kalau boleh kita rekomendasi aja, Semen Indonesia ini menjadi strategic holding aja, jangan lagi jadi operating holding, supaya adil. Kayak misalnya ini anak-anak perusahaan cuman dikasih permain-mainannya setiap bulan, setiap minggu. Yang bagus-bagusnya ditarik ke pusat," ujarnya.

Baca Juga: Raperda APBD DKI 2025 Sah Disetujui DPRD, Ini Besaran Anggaran dan Fokusnya

Kritik serupa disampaikan oleh Ismail Bachtiar dari Fraksi PKS. Ia menyoroti kemerosotan PT Semen Tonasa yang menurutnya terjadi karena hampir seluruh hal strategis perusahaan tersebut ditarik ke pusat oleh SIG.

Ia menyebut, kinerja produksi PT Semen Tonasa bagus, kemudian diambil oleh SIG dan disisakan 'debunya' untuk masyarakat Sulawesi Selatan. Ia pun meminta Direktur Utama SIG, Donny Arsal, untuk mempercayakan pengelolaan strategis kepada entitas usaha di daerah.

Lebih lanjut, sorotan terhadap SIG tidak hanya berhenti pada struktur holding. Ahmad Labib, anggota Komisi VI dari Fraksi Golkar, menyoroti penurunan market share SIG dalam lima tahun terakhir.

"Dari data dan laporan industri semen nasional kita, saya agak prihatin karena SIG ini sebenarnya memiliki kapasitas terpasang terbesar di Indonesia, namun market share SIG justru mengalami penurunan dalam 5 tahun terakhir, yaitu 56,2 persen di tahun 2019 menjadi 49,5 persen di September 2024. Sedangkan kompetitor kita Indocement mampu bertahan, bahkan naik tumbuh dari 29 persen di 2019 menjadi 29,7 persen di September 2024," jelas Labib.

Labib juga menyoroti rendahnya Return on Asset (ROA) SIG dibandingkan standar industri sebesar 5%. "ROA SIG yang memang sudah rendah, yaitu 3% di 2019, justru semakin terpuruk menjadi 2,65% di 2023. Hal berbeda dengan ROA Indocement, yang naik dari 6,6% di 2019 menjadi 7% di 2023," ujarnya.

Baca Juga: PPN 12% Perlu Dikaji Ulang, DPR Khawatir Hidup Masyarakat Kian Sulit

Labib mempertanyakan apakah penurunan ini disebabkan oleh kelemahan internal atau strategi yang tidak tepat. "Jadi apa ini yang salah dengan pengelolaan SIG, sehingga BoD tidak mampu memanfaatkan kapasitas produksi mayoritas dan infrastruktur yang menyebar hampir di seluruh Indonesia untuk menguasai market share semen di Indonesia," tanyanya.

Anggota Komisi VI lainnya, Darmadi Durianto dari Fraksi PDIP, juga mengkritisi buruknya kondisi keuangan SIG dan meminta direksi segera bertindak. "Kesalahan ini harus segera dideteksi, apa penyebabnya. Kami harapkan SIG bekerja maksimal. Meski kapasitasnya melebihi demand, tetapi kalau kita bandingkan dengan pesaing, mereka lebih baik. Ini kan direksinya orang hebat semua, apa yang salah di sini," tutupnya.

Desakan dari berbagai pihak ini mengisyaratkan bahwa SIG perlu segera melakukan evaluasi menyeluruh untuk membenahi kinerja, baik dari sisi strategi pemasaran, pengelolaan operasional, hingga struktur holding, agar dapat kembali menguasai pasar semen nasional.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Belinda Safitri
Editor: Belinda Safitri

Advertisement

Bagikan Artikel: