Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

AI, Coding dan Pendidikan Bermutu untuk Semua

AI, Coding dan Pendidikan Bermutu untuk Semua Kredit Foto: WE
Warta Ekonomi, Jakarta -

Muhammad Muchlas Rowi Staf Khusus Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI, Komisaris Independen PT Jamkrindo:

Finlandia pernah berjaya dengan Nokia. Saat raksasa ponsel itu tumbang, negara kecil di Eropa Utara ini menghadapi tantangan berat: bagaimana membangkitkan ekonominya?. Jawabannya sederhana tapi mendalam: pendidikan. Bukan pendidikan biasa, melainkan pendidikan berbasis coding dan Artificial Intelligence (AI) aatsu kecerdasan buatan

Sejak 2016 coding menjadi bagian wajib dalam kurikulum sekolah Finlandia. Anak-anak diajarkan logika pemrograman sebelum mereka memahami apa itu kode.

Hasilnya?, Finlandia kini menjadi rumah bagi startup teknologi kelas dunia seperti Rovio (pencipta Angry Birds) yang sukses membuat banyak orang ketagihan melempar burung ke arah babi berwarna hijau. Atau Supercell (pembuat Clash of Clans), yang bikin orang rela bangun tengah malam demi menjaga desa digital mereka dari serangan.

Hebatnya lagi, anak-anak SD di Finlandia sudah mahir belajar AI atau kecerdasan buatan dan menerapkannya lewat pembuatan aplikasi secara mandiri.

India dan Taiwan juga punya pelajaran amat berharga. India, dengan populasi mudanya yang besar, meluncurkan program Atal Tinkering Labs, menyediakan laboratorium kreatif untuk siswa belajar coding dan robotika.

Hasilnya?, India melampaui Amerika Serikat dalam jumlah pengembang perangkat lunak aktif. Bukan hanya menjadi pemasok tenaga kerja global, India juga melahirkan unicorn seperti Flipkart dan Byju’s.

Sementara Taiwan, memilih jalur inovasi berkualitas. Dengan program Smart Education, negara kecil ini fokus pada pengajaran coding dan AI sejak dini. Taiwan kini bukan hanya pusat manufaktur, tetapi juga pusat inovasi teknologi. Lihat saja TSMC, raksasa semikonduktor yang menjadi tulang punggung teknologi dunia.

Kisah-kisah sukses ini bukan sekadar inspirasi. Mereka adalah bukti nyata bahwa pendidikan berbasis teknologi bisa mengubah nasib sebuah bangsa.

Indonesia di Persimpangan

Indonesia memiliki peluang besar untuk menempuh jalan yang sama, bahkan lebih baik. Dengan 2,9 juta pengembang perangkat lunak dan optimisme tinggi terhadap AI (78% menurut Survei Stanford 2024), potensi kita luar biasa. Namun, tentu saja potensi ini butuh arah.

Di sinilah visi “Pendidikan Bermutu untuk Semua” memainkan perannya. Coding dan AI bukan hanya tentang teknologi, tetapi cara berpikir baru. Cara berpikir yang kritis, kreatif, dan penuh solusi.

Bayangkan anak SMP di Papua yang membuat aplikasi mitigasi bencana. Atau siswa SMA di Bogor yang menggunakan AI untuk membantu petani lokal memprediksi cuaca. Pendidikan bermutu bukan tentang siapa yang lebih cerdas, tetapi siapa yang lebih relevan.

Karena itu, penting untuk menggarisbawahi pernyataan Mendikdasmen Abdul Mu’ti tentang beberapa opsi pembelajaran coding dan AI. Sehingga pendekatan pembelajaran bisa dilakukan lebih fleksibel.

Bagi daerah-daerah yang memiliki sekolah dengan infrastruktur dan tenaga pengajar yang memadai, maka opsi pembelajaran yang menggunakan internet (internet based) bisa dilakukan. Di opsi ini, siswa bisa diajak belajar secara interaktif, menyenangkan, dan berbasis eksperimen menggunakan platform-platform seperti Scratch dan Code.org.

Opsi kedua adalah dengan meggunakan perangkat seperti komputer atau tablet (plugged). Siswa di sekolah yang memiliki akses terhadap fasilitas ini bisa belajar pemrograman degan sofware seperti Python atau Arduino. Metode ini memberikan pengalaman langsung untuk memahami logika pemrograman.

Sementara bagi siswa-siswa di daerah 3T, dimana akses terhadap internet menjadi hal langka dan infrastruktur komputer juga tidak ada, maka coding maupun AI dapat diajarkan melalui simulasi manual, permainan, atau aktivitas berbasis kertas (Unplugged Coding). Anak-anak di opsi ini akan tetap belajar logika dan struktur pemrograman tanpa harus bergantung pada perangkat digital.

Masa depan sendiri

Namun, langkah besar ini tidak lepas dari tantangan dan jalab terjal. Infrastruktur pendidikan kita belum merata. Banyak sekolah di daerah masih kesulitan mengakses internet, bahkan listrik. Tenaga pengajar terlatih dalam coding dan AI juga masih langka.

Transformasi pendidikan berbasis teknologi ini jelas bukan pekerjaan satu orang. Atau bahkan satu lembaga. Ini pekerjaan kolektif, gotong-royong gaya baru.

Pemerintah pusat dan daerah harus turun tangan lebih dulu. Pastikan dulu sekolah-sekolah di pelosok punya listrik yang menyala setiap hari. Internet yang tidak hanya muncul saat petugas datang.

Dan guru-guru?. Mereka harus dilatih. Bukan sekadar diajari cara mengajar coding atau AI, tapi bagaimana membuat murid-muridnya jatuh cinta pada dua hal itu. Belajar coding harus terasa seperti petualangan yang menyenangkan (joyfull), bukan ujian matematika yang membosankan.

Sektor swasta juga punya peran besar. Jangan hanya jadi penonton. Turun ke lapangan. Sediakan perangkat lunak atau hardware yang bisa digunakan sekolah-sekolah tanpa membuat kepala sekolah pusing soal anggaran. Bantu dengan platform yang ramah pengguna, atau kalau bisa, berikan subsidi untuk perangkat teknologi. Toh, mereka juga yang nanti bakal merekrut lulusan-lulusan brilian ini.

Dan tentu saja, masyarakat tak boleh hanya menonton dari kejauhan. Orang tua bisa mulai dari hal sederhana: jadikan rumah sebagai tempat belajar yang nyaman. Kalau ada komunitas, kenapa tidak bikin ruang belajar bersama? Saling berbagi buku, ide, atau bahkan perangkat lunak sederhana yang bisa diakses semua anak.

Transformasi ini adalah cerita semua orang. Kalau dijalankan bersama, siapa tahu, dari desa kecil di pelosok negeri ini, lahir generasi baru yang tidak hanya paham coding, tapi juga bisa menciptakan masa depan dengan caranya sendiri.

Jika Finlandia bisa bangkit dari keterpurukan ekonomi lewat pendidikan teknologi, Indonesia bisa lebih. Dengan populasi muda yang besar dan ekosistem digital yang terus berkembang, kita punya modal untuk menjadi pemimpin di era digital.

Coding dan AI bukan hanya tentang menciptakan programmer. Mereka adalah cara untuk membangun generasi yang berpikir logis, kreatif, dan solutif. Generasi yang tidak hanya bekerja untuk teknologi, tetapi menciptakan teknologi untuk dunia.

Indonesia sudah berada di jalur yang benar. Dengan visi “Pendidikan Bermutu untuk Semua,” mari kita pastikan bahwa tidak ada anak yang tertinggal. Sebab, masa depan Indonesia dimulai dari ruang-ruang kelas kecil di pelosok negeri.

Mari bersama kita wujudkan pendidikan yang memampukan, relevan, dan membanggakan. Dengan coding dan Ai, kita tidak hanya membangun masa depan untuk generasi muda. Kita mengajari mereka untuk menciptakan masa depan itu sendiri.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Sufri Yuliardi
Editor: Sufri Yuliardi

Advertisement

Bagikan Artikel: