- Home
- /
- Kabar Sawit
- /
- Telisik
Solusi Atasi Stunting hingga Masalah Kesehatan Lainnya, Se 'Poweful' Apa Minyak Makan Merah?
Minyak sawit merupakan minyak nabati yang tergolong serbaguna atau versatile lantaran dapat diaplikasikan untuk menghasilkan berbagai macam produk konsumen. Berdasarkan survey World Wildlife Foundation, tercatat lebih dari 50% produk kemasan yang ada di supermarket seluruh dunia mengandung minyak sawit.
Tak ingin ketinggalan, Indonesia juga terus berinovasi dalam pengembangan hilirisasi sawit untuk menghasilkan consumer goods. Hal ini juga tidak bisa dilepaskan dari status Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia.
Baca Juga: Ide Mutiara: Paradigma Berfikir Holistik Menyelamatkan Industri Sawit
Salah satu produk yang sedang dikembangkan saat ini dalam jalur pangan atau oleofood complex yakni Minyak Makan Merah (M3). Produk itu sejatinya bukanlah barang baru dalam inovasi produk hilir sawit nasional. Bahkan, produk minyak makan merah merupakan produk yang sudah sejak lama dikembangkan oleh para peneliti sawit di Indonesia.
Sejak dua dekade terakhir, Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) telah melakukan serangkaian studi dan penelitian terkait dengan minyak makan merah ini. Akan tetapi, disayangkan bahwa inovasi tersebut belum dikomersialisasikan dan dikonsumsi secara meluas di Indonesia.
Padahal, potensi minyak tersebut sangat besar dalam menyediakan sumber pangan bergizi yang dapat diakses oleh masyarakat Indonesia dengan harga yang ramah di kantong dan ketersediaannya cukup besar sehingga bisa berkontribusi dalam mewujudkan ketahanan pangan lokal maupun nasional.
Untuk mengejawantahkan potensi tersebut, diperlukan pengembangan hilirisasi untuk menghasilkan produk pangan berbasis sawit. Besarnya volume produksi dan keunggulan nutrisi yang terkandang dalam minyak sawit menurut peneliti dari berbagai lembaga menjadi salah satu faktor kuat untuk menghasilkan produk pangan bergizi bagi masyarakat Indonesia.
Adapun salah satu hasil inovasi produk hilir sawit di bidang pangan yakni minyak makan merah yang merupakan nama lain dari minyak sawit merah (Red Palm Oil). Produk tersebut merupakan olahan dari minyak sawit mentah (CPO) yang masih mempertahankan kandungan beta karoten atau Vitamin A, Vitamin E, squalene, serta kandungan senyawa bioaktif atau fitonutrien lainnya dengan kadar yang relatif tinggi.
Produksi minyak merah ini menggunakan rekonfigurasi teknologi refining yang bertujuan untuk mempertahankan sebanyak miungkin kandungan karoten dan senyawa bioaktif (fitonutrient) dalam produk akhirnya. Hal tersebut berbanding terbalik dengan teknologi produksi minyak goreng sawit komersial yang malah membuang karoten. Teknologi itu pun telah dikembangkan oleh PPKS.
Baca Juga: Harga Minyak Turun, Pasar Bimbang Gegara Melimpahnya Pasokan
Sementara itu, menurut Ayustaningwarno dalam jurnalnya berjudul Proses Pengolahan dan Aplikasi Minyak Sawit Merah pada Industri Pangan, pada rekonfigurasi teknologi refining tersebut, proses rafinasi minyak sawit dilakukan secara fisik pada suhu rendah dengan suhu kurang dari 70 derajat celcius.
“Tahapan proses pembuatan minyak merah dengan rekonfigurasi teknologi tersebut membuat minyak sawit yang masuk akan dilakukan rafinasi untuk mengurangi kadar Asam Lemak Bebas (ALB) dan fraksinasi tahap 1 akan menghasilkan Refined Red Palm Oil,” tulis Ayu, dikutip Jumat (13/12/2024).
Kemudian beralih ke fraksinasi tahap 2, proses tersebut kemudian akan menghasilkan minyak makan merah atau red palm oil dan produk sampingannya yakni red palm stearing.
Baca Juga: Kementerian Keuangan Sebut Pungutan Ekspor Sawit Melamban 18,6 Persen
Di sisi lain, menurut tim riset dari Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI), proses pembuatan minyak makan merah itu mampu mengkonsentrasikan komposisi senyawa bioaktif atau fitonutrien tanpa harus mengorbankan kualitas komposisi asam lemaknya. Dari proses tersebut kemudian akan menghasilkan minyak makan yang berwarna merah jingga. Dalam minyak tersebut pun mengandung karoten atau vitamin A, E, dan squalene.
“Jika dibandingkan dengan CPO, minyak goreng komersial (yang beredar di pasar saat ini), dan minyak zaitun (yang diklaim sebagai minyak sehat) menunjukkan bahwa kandungan senyawa bioaktif (fitonutrien) pada minyak makan merah paling tinggi,” kata Tim Riset PASPI, Jumat (13/12/2024).
Atasi Masalah Pangan Hingga Kesehatan
Minyak makan merah ini tidak hanya menjadi alternatif minyak goreng semata yang digunakan dalam proses memasak saja, melainkan produk tersebut dapat dikategorikan sebagai pangan fungsional yang bermanfaat bagi kesehatan, mengingat besarnya kandungan vitamin dan senyawa bioaktif di dalamnya.
Selain bisa dikonsumsi secara langsung, minyak makan merah ini bisa dimanfaatkan oleh industri farmasi dengan mengolah maupun mengemasnya dalam bentuk enkapsulan berupa produk suplemen/multivitamin yang ditujukan baik untuk memenuhi kebutuhan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada program mencegah stunting, maupun memenuhi kebutuhan pasar komersial.
“Hal ini juga menunjukkan bahwa pengembangan produk M3 selain dapat memenuhi kebutuhan pangan dan pangan fungsional (suplemen/multivitamin), juga dapat membuat Indonesia tidak lagi bergantung pada impor vitamin A dan E sintetis. Implikasinya adalah penghematan devisa impor yang akan berkontribusi pada perbaikan neraca perdagangan Indonesia,” ujar Tim Riset PASPI.
Maka dari itu, untuk memuluskan visi tersebut, pemerintah pun mendukung dengan cara mengembangkan suatu ekosistem baru berupa kebijakan dalam pengembangan produk minyak makan merah itu. Melalui Peraturan Menteri Koperasi dan UKM No. 5 Tahun 2023 tentang Tata Kelola Minyak Makan Merah Berbasis Koperasi menjadi payung hukum pengembangan M3 yang diproduksi oleh koperasi petani sawit.
Baca Juga: Kurang SDM di Sektor Sawit, Malaysia Putar Otak Cari Solusi
Regulasi tersebut juga diperkuat dengan regulasi/sertifikasi lain seperti SNI, BPOM, dan Halal. Dengan pengembangan model bisnis yang demikian, proses produksi M3 akan dilakukan di sekitar perkebunan sawit rakyat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement