Sejumlah pihak memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 akan berada di kisaran 5%. Hal ini didasarkan pada berbagai indikator, seperti ketidakpastian situasi global, inflasi global yang belum sepenuhnya terkendali, serta tantangan domestik lainnya.
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memproyeksikan angka pertumbuhan ekonomi di kisaran 4,9% hingga 5,2%, dengan beberapa langkah strategis yang perlu dilakukan pemerintah untuk mencapai target tersebut.
Menurut Apindo, beberapa tantangan yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi antara lain:
- Inflasi global yang tinggi dan potensi resesi masih menjadi ancaman utama.
- Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan potensi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dapat memengaruhi daya beli masyarakat kelas menengah.
Namun, ada pula peluang besar di sektor digital dan ekonomi hijau. Investasi di kedua sektor ini terus meningkat, dan pemerintah diharapkan mendorong perbaikan iklim usaha, terutama yang berkaitan dengan perizinan, regulasi, birokrasi, dan pengurangan biaya tinggi (high-cost economy).
Sementara itu, lembaga riset ekonomi INDEF memprediksi bahwa konsumsi domestik akan tetap menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi pada tahun 2025. Konsumsi domestik saat ini menyumbang 55% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, jauh lebih besar dibandingkan investasi, belanja pemerintah, maupun selisih antara ekspor dan impor.
INDEF juga menyebutkan bahwa kenaikan PPN dari 11% menjadi 12% tidak akan signifikan memengaruhi inflasi karena sebagian besar konsumsi berasal dari golongan kelas atas dan menengah atas yang relatif tidak terpengaruh oleh kenaikan harga.
Baca Juga: Langkah Strategis Menkomdigi Wujudkan Indonesia Emas 2045 Melalui Transformasi Digital
Strategi Pemerintah untuk Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi
Untuk menjaga dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerintah telah merencanakan sejumlah langkah strategis:
- Peningkatan kapasitas UMKM, karena UMKM menyumbang lebih dari 60% PDB bruto Indonesia dan menyerap sekitar 97% tenaga kerja. Pemerintah didorong untuk memberikan insentif dan memasukkan UMKM ke dalam rantai pasok korporasi besar.
- Ekstensifikasi wajib pajak untuk menjangkau sektor informal yang pendapatannya besar tetapi belum terjangkau pajak. Perbaikan database perpajakan menjadi prioritas untuk mendukung langkah ini.
- Pemerintah akan memperluas hilirisasi komoditas tambang dan pangan, menurunkan biaya logistik, serta memberikan subsidi kredit investasi bagi UMKM.
- Optimalisasi infrastruktur yang sudah dibangun akan dilakukan untuk meningkatkan efisiensi investasi.
Bank Indonesia (BI) akan terus mendukung pertumbuhan ekonomi dengan mempertahankan tingkat suku bunga acuan yang stabil serta melanjutkan kebijakan makroprudensial longgar, seperti uang muka 0% untuk kredit properti dan kendaraan. Selain itu, stabilisasi nilai tukar Rupiah juga menjadi prioritas utama untuk menjaga daya saing ekspor dan impor.
Baca Juga: Sri Mulyani Ungkap Strategi Jaga Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I 2025
Target Makro Ekonomi 2025
Pemerintah dan DPR telah menyepakati asumsi dasar ekonomi makro dalam APBN 2025, dengan target sebagai berikut:
- Pertumbuhan ekonomi: 5,2%
- Inflasi: 2,5%
- Nilai tukar Rupiah: Rp16.000 per USD
Dengan strategi kebijakan fiskal dan moneter yang tepat, Indonesia diharapkan mampu mengatasi tantangan global dan domestik untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan pada tahun 2025.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement