Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kalah dari Malaysia dan Thailand, Ini Strategi Peningkatan Pasar Saham OJK di 2025

Kalah dari Malaysia dan Thailand, Ini Strategi Peningkatan Pasar Saham OJK di 2025 Kredit Foto: OJK
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pasar saham Indonesia dinilai masih tertinggal dari negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand dalam hal kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). 

Untuk itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merancang langkah strategis guna memperkuat peran pasar modal domestik dan mencapai target kapitalisasi pasar yang lebih kompetitif.  

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, menjelaskan bahwa peningkataj kontribusi pasar saham Indonesia terhadap PDB telah dicanangkan dalam Roadmap Pasar Modal Indonesia 2023-2027. Dalam roadmap tertera bahwa kapitalisasi pasar ditargetkan sebesar Rp15.000 triliun atau setara dengan 70% PDB pada tahun 2027, di mana Proyeksi IMF PDB Indonesia tahun 2027 sebesar USD1.868 miliar atau Rp29.386 triliun. 

“Untuk mencapai target, kami telah menyusun berbagai inisiatif yang akan diimplementasikan mulai tahun ini,” ujar Inarno, Jakarta, Selasa (8/1/2025). 

Baca Juga: IHSG Melemah, Investor Asing Lepas Rp5 Triliun Sepanjang 2024!

Lebih lanjut, Inarnon menuturkan bila OJK telah menyiapkan sejumlah inisiatif. Langkah pertama adalah peningkatan kualitas dan kuantitas perusahaan tercatat di bursa. Upaya ini mencakup pengetatan proses due diligence untuk memastikan kredibilitas calon emiten, calon investor, serta sumber dana yang digunakan. Selain itu, kebijakan peningkatan free float minimum tengah dikaji untuk mendukung peningkatan kapitalisasi pasar, likuiditas, dan penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).  

“Inisiatif lainnya adalah implementasi kebijakan liquidity provider guna meningkatkan efisiensi pasar. Kami juga memperkuat peran lembaga dan profesi penunjang agar perusahaan yang melantai di bursa memiliki kualitas yang baik,” tambah Inarno.  

Baca Juga: Sejumlah Program Pasar Modal Indonesia untuk Dukung Program Strategis Pemerintah

Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, turut menyoroti tantangan yang dihadapi pasar modal Indonesia. Meski kinerja pasar modal menunjukkan pertumbuhan, kontribusinya terhadap PDB masih jauh tertinggal dibandingkan negara-negara lain di kawasan. 

“Kontribusi pasar saham kita masih jauh di bawah India yang mencapai 140%. Selain itu, jumlah investor hanya 7,4% dari populasi dewasa, menandakan masih banyak ruang untuk pertumbuhan,” ujarnya saat membuka perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2 Januari 2025.  

Mahendra menambahkan bahwa pasar modal Indonesia menghadapi sejumlah hambatan struktural, seperti kedangkalan pasar, terbatasnya jumlah emiten, serta produk keuangan yang masih minim. 

Untuk itu, OJK akan fokus mengembangkan produk keuangan baru seperti efek beragun aset (EBA) yang mendukung program pembangunan rumah, serta instrumen berbasis lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG).  

Di sisi regulasi, OJK akan memperkuat tata kelola pasar modal dengan memastikan kepatuhan anggota bursa dan manajer investasi sesuai standar internasional. “Kami juga akan menegakkan hukum secara tegas untuk melindungi investor dari saham-saham dengan pergerakan tidak wajar,” ujar Mahendra.  

Untuk mendukung program tersebut, OJK membutuhkan dukungan penuh dari pemerintah, termasuk penyempurnaan regulasi sektor keuangan dan insentif fiskal. “Kolaborasi lintas kementerian dan lembaga sangat penting untuk meningkatkan daya saing dan efisiensi pasar modal kita,” tegas Mahendra.  

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: