Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Transformasi Sawit Indonesia: dari Desa Terisolir ke Pusat Ekonomi Baru

Transformasi Sawit Indonesia: dari Desa Terisolir ke Pusat Ekonomi Baru Kredit Foto: Antara/Yudi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Indonesia terus membuktikan keberhasilannya dan menorehkan prestasinya dalam mengembangkan sektor perkebunan sawit sejak menjadi produsen minyak sawit terbesar di dunia pada tahun 2006 silam.

Perjalanan transformasi ini pun dimulai dari desa-desa terisolir yang kini telah berubah menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru.

Berdasarkan data yang dikutip dari Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan), luas perkebunan sawit nasional pun tercatat meningkat drastis. Dari yang semula 295 ribu hektare pada tahun 1980, menjadi 16,8 juta hektare pada tahun 2023. Perkembangan tersebut tidak bisa dilepaskan dari implementasi program Perkebunan Inti Rakyat (PIR) yang merupakan hasil kolaborasi antara pemerintah, swasta dan masyarakat.

Sebagai informasi, program PIR ini awalnya didukung oleh Bank Dunia dengan mengadopsi big push strategy yang merupakan teori pembangunan ekonomi besar-besaran dan dicetuskan oleh ekonom Paul Rosenstein-Rodan.

Baca Juga: Perkebunan Sawit Bioreaktor Alami Penopang Ekosistem Global

“Teori tersebut mengungkapkan bahwa pembangunan pedesaan akan berhasil secara signifikan jika dilakukan dengan dorongan besar (big push) yakni dengan investasi besar dan masal untuk ukuran perekonomian daerah. Pembangunan kawasan pedesaan dengan 'gigitan-gigitan kecil' (bit by bit) tidak akan menghasilkan kemajuan yang berarti,” ungkap lembaga kajian Palm Oil Agribusiness Strategy Policy Institute (PASPI), dikutip Minggu (26/1/2025).

Tercatat sektor kelapa sawit pun telah menarik investasi hingga Rp1000 triliun yang mencakup pengembangan kebun, pabrik kelapa sawit, infrastruktur, hingga fasilitas sosial di pedesaan. Di sisi lain, perkebunan kelapa sawit juga berkontribusi dengan penyerapan tenaga kerja yang cukup besar dengan sekitar 16,5 juta orang bekerja langsung maupun tidak langsung dalam sektor tersebut.

Tak hanya itu, pembangunan tersebut juga memicu ruralisasi investasi serta sumber daya manusia dari kota ke desa. Alhasil, berbagai aktivitas ekonomi pendukung seperti jasa transportasi, perdagangan agroinput, perbankan, kuliner, hingga kebutuhan rumah tangga di sektor tersebut pun bertumbuh pesat dan menciptakan ekosistem ekonomi yang kuat di wilayah pedesaan.

“Perkebunan sawit telah mengubah daerah yang sebelumnya terisolir menjadi pusat-pusat ekonomi baru. Ini adalah bukti nyata bagaimana sektor ini mampu menggerakkan perekonomian desa,” jabar tim riset PASPI.

Baca Juga: Desain Pungutan Ekspor Sawit dan Peran Strategis BPDPKS Dorong Keberlanjutan Industri Sawit Nasional

Alhasil, suksesnya transformasi sektor kelapa sawit yang mengubah wajah desa tertinggal ke desa yang berdaya menjadi salah satu contoh konkret kebijakan ekonomi pedesaan. Hal ini juga sejalan dengan visi pembangunan ekonomi pedesaan milik Presiden Prabowo Subianto yang dikenal dengan nama Prabowonomics.

Untuk mencapai keberlanjutan tersebut, maka diperlukan ekosistem kebijakan yang mendorong arus investasi dan tenaga kerja menuju kawasan pedesaan, sehingga roda ekonomi terus bergerak.

Dengan keberhasilan ini, Indonesia tidak hanya mempertahankan posisi sebagai produsen sawit terbesar dunia, tetapi juga memberikan harapan bagi pembangunan yang inklusif dan merata. 

 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: