- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Pekan Lalu IHSG Lesu, Ini Alasan di Balik Arus Modal Keluar Rp521 Miliar

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan pelemahan pada pekan lalu, turun 56,174 poin atau 0,78% ke level 7.109,20 dari posisi 7.206,06 pada penutupan 24 Januari 2025. Penurunan ini disertai dengan arus modal keluar (outflow) di pasar reguler sebesar Rp521,4 miliar.
Menurut Equity Analyst Indo Premier Sekuritas (IPOT), Imam Gunadi, terdapat beberapa faktor utama yang memengaruhi pergerakan IHSG dalam dua hari perdagangan terakhir, yaitu data NBS Manufacturing PMI, keputusan suku bunga The Fed, Foreign Direct Investment (FDI), serta data inflasi Core PCE.
Salah satu faktor utama adalah data NBS Manufacturing PMI China, yang turun ke level 49,1 pada Januari 2025 dari 50,1 di bulan sebelumnya. Angka ini juga lebih rendah dari ekspektasi pasar sebesar 50,1, menandakan kontraksi pertama dalam lima bulan terakhir. Imam menilai pelemahan ini terjadi akibat berkurangnya aktivitas manufaktur menjelang perayaan Tahun Baru Imlek, yang menyebabkan penurunan signifikan pada output dan pesanan baru.
Baca Juga: IHSG Hari Ini Ditutup Melemah ke Level 7.073, ANTM, AKRA dan AMMN Top Losers LQ45
"China merupakan mitra dagang utama Indonesia, terutama untuk komoditas seperti batu bara, nikel, dan CPO. Pelemahan sektor manufaktur China dapat menekan permintaan bahan baku dari Indonesia, yang pada akhirnya berpotensi menekan harga dan volume ekspor," jelas Imam.
Selain itu, keputusan The Federal Reserve (The Fed) untuk mempertahankan suku bunga acuan di level 4,25%-4,5% juga menjadi faktor yang membebani pasar. Dalam pertemuan Januari 2025, Ketua The Fed, Jerome Powell, menegaskan bahwa bank sentral AS tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunga dan ingin melihat kemajuan lebih lanjut dalam pengendalian inflasi.
“Dengan suku bunga The Fed tetap tinggi, arus modal asing ke negara berkembang seperti Indonesia bisa terbatas karena investor cenderung memilih aset berbunga tinggi di AS. Rupiah pun berisiko mengalami tekanan jika terjadi arus keluar dana asing dari pasar obligasi dan saham,” kata Imam.
Baca Juga: DeepSeek Guncang Pasar Global, IHSG dan Rupiah Berpeluang Naik
Di sisi lain, Foreign Direct Investment (FDI) ke Indonesia pada kuartal IV 2024 mencatat pertumbuhan signifikan sebesar 33,3% YoY menjadi Rp245,8 triliun ($55,33 miliar). Pertumbuhan ini merupakan yang tertinggi sejak kuartal IV 2022, terutama didorong oleh investasi di sektor pemrosesan mineral. Negara-negara dengan investasi terbesar di Indonesia adalah Singapura, Hong Kong, dan China.
“Peningkatan FDI menunjukkan keberhasilan kebijakan hilirisasi, khususnya dalam mendukung rantai pasok kendaraan listrik dan pemrosesan mineral,” ujar Imam.
Faktor lain yang turut memengaruhi IHSG adalah data inflasi Core Personal Consumption Expenditures (Core PCE), yang naik 0,2% secara bulanan (MoM) pada Desember 2024, sesuai ekspektasi pasar. Secara tahunan, Core PCE tetap di 2,8% untuk bulan kedua berturut-turut, masih berada di atas target inflasi The Fed sebesar 2%.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement