Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Data BPS: 30 Provinsi Inflasi dan 8 Provinsi Deflasi Tahunan

Data BPS: 30 Provinsi Inflasi dan 8 Provinsi Deflasi Tahunan Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data terbaru mengenai inflasi dan deflasi pada Senin, 3 Februari 2025.

Pada Januari 2025, terjadi deflasi secara bulanan (month-to-month) dan tahun kalender (year-to-date) sebesar 0,76%. Indeks Harga Konsumen (IHK) turun dari 106,80 pada Desember 2024 menjadi 105,99 pada Januari 2025. Secara tahunan (year-on-year), terjadi inflasi sebesar 0,76%.

Deflasi bulanan Januari 2025 merupakan yang pertama sejak terakhir kali terjadi pada September 2024. Kelompok yang memberikan andil terbesar terhadap deflasi bulanan adalah perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga, dengan deflasi 9,16% yang berkontribusi -1,44% terhadap deflasi keseluruhan.

Penyumbang utama deflasi dalam kelompok ini adalah tarif listrik, dengan andil 1,47%. Beberapa komoditas lain yang juga memberikan andil deflasi adalah tomat (-0,03%), ketimun, tarif kereta api, dan tarif angkutan udara (-0,01% masing-masing).

Namun, beberapa komoditas tetap mengalami inflasi dan memberikan tekanan terhadap harga, antara lain cabai merah (0,19%) dan cabai rawit (0,17%), serta ikan segar, minyak goreng, dan bensin yang masing-masing menyumbang inflasi sebesar 0,03%.

Baca Juga: Pemerintah Siapkan Jurus Jitu Demi Jaga Inflasi di Kisaran 2,5%

Dari sisi komponen harga, deflasi Januari 2025 terutama dipengaruhi oleh penurunan harga yang diatur pemerintah, dengan deflasi 7,38% dan andil -1,44%. Sementara itu, komponen harga bergejolak mengalami inflasi 2,95%, dengan andil 0,48%. Beberapa komoditas yang memberikan andil inflasi dalam komponen harga bergejolak adalah cabai merah, cabai rawit, dan daging ayam ras.

Dari segi wilayah, 34 dari 38 provinsi di Indonesia mengalami deflasi, sedangkan empat provinsi mengalami inflasi. Deflasi terdalam terjadi di Papua Barat (-2,29%), sedangkan inflasi tertinggi tercatat di Kepulauan Riau (0,43%).

Diskon tarif listrik yang diberikan pemerintah menjadi penyebab utama deflasi Januari 2025. Tarif listrik mengalami deflasi 32,03%, dengan andil deflasi sebesar 1,47%. Kebijakan ini berdampak langsung pada perhitungan inflasi, sesuai dengan Consumer Price Index Manual yang digunakan oleh BPS dan kantor statistik dunia lainnya.

Secara historis, perubahan tarif listrik juga pernah terjadi pada Juli dan Agustus 2022 akibat penyesuaian tarif tenaga listrik pada kuartal ketiga tahun tersebut. Kebijakan diskon tarif listrik di Januari 2025 ini menegaskan kembali pengaruh intervensi pemerintah dalam mengendalikan harga konsumsi rumah tangga.

Baca Juga: Menko Airlangga Apresiasi Keberhasilan Pemerintah dan BI Capai Sasaran Inflasi 2024

Secara tahunan (year-on-year), inflasi Januari 2025 tercatat 0,76%, meningkat dari IHK 105,19 pada Januari 2024 menjadi 105,99 pada Januari 2025. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang utama inflasi tahunan, dengan laju inflasi 3,69% dan andil 1,07%. Komoditas utama yang menyumbang inflasi dalam kelompok ini adalah:

  • Minyak goreng (0,14%)
  • Sigaret kretek mesin (0,12%)
  • Cabai rawit, kopi bubuk, dan beras

Sementara itu, kelompok yang mengalami deflasi tahunan terdalam adalah perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga, dengan andil deflasi 1,39%, terutama disebabkan oleh penurunan tarif listrik.

Dari sisi komponen, inflasi tahunan terjadi di semua komponen kecuali harga yang diatur pemerintah. Komponen inti mengalami inflasi 2,36%, dengan andil terbesar 1,51%, dipengaruhi oleh emas perhiasan, minyak goreng, kopi bubuk, dan nasi dengan lauk.

Komponen harga diatur pemerintah mengalami deflasi tahunan 6,41%, dengan andil deflasi 1,26%, terutama dari tarif listrik. Sementara itu, harga bergejolak mengalami inflasi 3,07%, dengan andil inflasi 0,51%, dipengaruhi oleh cabai rawit, beras, ikan segar, telur ayam ras, dan daging ayam ras.

Berdasarkan wilayah, 30 provinsi mengalami inflasi tahunan, sedangkan 8 provinsi mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Papua Pegunungan (4,55%), sedangkan deflasi terdalam terjadi di Gorontalo (-1,52%).

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: