Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Asia Tenggara Sumbang Sepertiga Emisi GRK, Gambut dan Mangrove Bisa Jadi Solusi

Asia Tenggara Sumbang Sepertiga Emisi GRK, Gambut dan Mangrove Bisa Jadi Solusi Kredit Foto: Antara/Mohamad Hamzah.
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ekosistem gambut dan mangrove mempunyai peran krusial dalam menekan emisi gas rumah kaca (GRK) di Asia Tenggara.

Hal tersebut diungkapkan oleh penelitian terbaru yang dilakukan oleh tim gabungan dari Indonesia, Singapura dan Australia yang memaparkan bahwa konservasi dan restorasi gambut dan mangrove berpotensi mengurangi emisi hingga 770 megaton CO2 ekuivalen per tahun. Angka tersebut hampir dua kali lipat dari total emisi nasional Malaysia pada tahun 2023.

Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature Communications tersebut mengungkap bahwa meskipun hanya mencakup 5,4 persen dari luas daratan Asia Tenggara, gambut dan mangrove adalah penyerap karbon yang sangat efektif. 

“Kedua ekosistem ini memiliki tanah yang jenuh air dan rendah oksigen, sehingga memperlambat dekomposisi bahan organik dan menyimpan karbon dalam jumlah besar,” ujar Sigit Sasmito, peneliti dari James Cook University, Australia, dalam keterangan yang diterima, Kamis (6/2/2025).

Baca Juga: Pemerintah Beri Insentif Pajak demi Dongkrak Perdagangan Karbon Internasional

Sementara itu, berdasarkan data penelitian menunjukkan bahwa Asia Tenggara menyumbang sekitar sepertiga emisi karbon global sebagai akibat dari perubahan tata guna lahan, khususnya dari deforestasi dan kebakaran lahan gambut serta mangrove. Tercatat beberapa negara seperti Vietnam, Malaysia dan Indonesia merupakan penyumbang lebih dari 90% emisi dari sektor tersebut.

Akan tetapi, Indonesia di sisi lain juga memiliki peluang cukup besar dalam mitigasi perubahan iklim. Dalam keterangan yang sama, Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wahyu Catur Adinugroho menyebut bahwa Indonesia memiliki sekitar 3,4 juta hektare hutan mangrove dan 13,4 juta hektare lahan gambut yang bisa dimanfaatkan untuk mengurangi emisi GRK.

“Konservasi dan restorasi ekosistem ini adalah strategi efektif bagi Indonesia dalam mencapai target nol emisi karbon,” kata Wahyu.

Baca Juga: Menteri LHK Sebut Bursa Karbon Langkah Nyata Atasi Perubahan Iklim

Staf Ahli Menteri Kehutanan Bidang Perubahan Iklim, Haruni Krisnawati yang turut andil dalam penelitian tersebut juga menegaskan bahwa lebih dari 90% cadangan karbon di ekosistem gambut serta mangrove tersimpan di dalam tanah, bukan hanya di vegetasi atasnya.

Hal ini membuat ekosistem tersebut sangat rentan terhadap pelepasan karbon jika mengalami kerusakan akibat aktivitas manusia.

Para ahli menekankan bahwa kebijakan perlindungan dan restorasi gambut serta mangrove harus menjadi prioritas negara-negara di Asia Tenggara. Langkah ini tidak hanya membantu mengurangi emisi GRK, tetapi juga menjadi solusi alami dalam menghadapi krisis iklim global.

 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: