Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Meski Beresiko Tinggi, Wamen Investasi Optimis Proyek EBT Tetap Jalan

Meski Beresiko Tinggi, Wamen Investasi Optimis Proyek EBT Tetap Jalan Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi sekaligus Wakil Kepala BKPM, Todotua Pasaribu, menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang sangat besar, mencapai 3.700 gigawatt (GW).

Namun, akselerasi transisi energi hijau menghadapi tantangan besar, terutama dalam hal investasi modal.

"Saya setuju bahwa teknologi dan investasi modal (capex) yang sangat besar dengan risiko tinggi untuk energi terbarukan,” ujar Todotua dalam acara Indonesia Green Energy Investment Dialogue 2025 di Jakarta, Kamis (27/2/2025).

Meski penuh tantangan, Indonesia tetap berkomitmen meningkatkan pemanfaatan EBT demi mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada 2060.

Baca Juga: Menteri Rosan Paparkan Potensi Besar EBT RI, Ajak Perusahaan Prancis Investasi

"Strategi pemberian insentif dan fasilitas investasi itu sendiri juga merupakan bagian strategi yang memang kita persiapkan ke depannya," tambahnya.

Menurut Todotua, pihaknya terus mengakselerasi berbagai insentif, mulai dari tax holiday, tax allowance, hingga koordinasi kebutuhan investasi yang telah terdaftar dalam master list proyek-proyek EBT.

"Ini memang adalah suatu tantangan atau potensi yang sangat besar untuk kita masuk serius mengelolanya ke depan," tegasnya.

Baca Juga: Target 23% EBT di 2025 Sulit Tercapai, Pemerintah Tinjau Ulang Proyeksi

Ia optimistis bauran energi terbarukan dapat meningkat signifikan dengan proyek-proyek listrik hijau yang sedang berjalan. Diproyeksikan, pada 2034, bauran EBT akan mencapai 34,6%, atau meningkat 2,5 kali lipat dibandingkan tahun 2024.

Selain mendorong investasi, Todotua menekankan bahwa pemerintah juga akan memperbesar permintaan (demand) listrik hijau guna menyesuaikan harga energi terbarukan.

"Serapannya maupun daya jual yang diberikan oleh PLN kepada publik maupun market industri itu angkanya masih sangat kecil. Ke depan kita akan memperbesar serapan demand, maka ini mungkin bisa menjadi solusi untuk meng-adjust pricing dari energi terbarukan. Sehingga, dalam hal ini PLN bisa juga tetap stabil," tandas Todotua. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: