Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

BPS: Februari 2025 Alami Deflasi 0,48%, Tarif Listrik Jadi Penyebab Utama

BPS: Februari 2025 Alami Deflasi 0,48%, Tarif Listrik Jadi Penyebab Utama Kredit Foto: Youtube BPS
Warta Ekonomi, Jakarta -

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengalami deflasi sebesar 0,48% pada Februari 2025 dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/m-to-m). Penurunan harga terutama disebabkan oleh diskon tarif listrik 50% bagi pelanggan PLN dengan daya di bawah 2.200 VA.

Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan, deflasi juga terjadi secara tahunan (year-on-year/y-o-y) sebesar 0,09%. Secara kalender tahun berjalan (year-to-date/y-t-d), deflasi tercatat 1,24%.

“Kelompok pengeluaran yang memberikan andil deflasi terbesar adalah perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga dengan deflasi 3,59%, memberikan kontribusi deflasi 0,52%,” ujar Amalia dalam konferensi pers, Senin (3/3/2025).

Baca Juga: Data BPS: 30 Provinsi Inflasi dan 8 Provinsi Deflasi Tahunan

Selain tarif listrik yang menyumbang deflasi 0,67%, penurunan harga sejumlah pangan bergejolak juga turut berkontribusi. Harga daging ayam ras turun dengan andil deflasi 0,06%, sementara bawang merah dan cabai merah masing-masing menyumbang deflasi 0,05% dan 0,04%.

Di sisi lain, sejumlah komoditas masih mengalami kenaikan harga, mendorong inflasi. Tarif air minum Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang disesuaikan sejak Januari 2025 memberikan andil inflasi 0,13%, sementara emas perhiasan dan bensin masing-masing menyumbang inflasi 0,08% dan 0,03%.

Sebaran Deflasi di 33 Provinsi

Berdasarkan wilayah, sebanyak 33 provinsi mengalami deflasi, dengan Papua Barat mencatat deflasi terdalam sebesar 1,41%. Sementara itu, lima provinsi lainnya mengalami inflasi, dengan inflasi tertinggi terjadi di Papua Pegunungan sebesar 2,78%.

Dari sisi komponen, deflasi Februari 2025 didorong oleh komponen harga yang diatur pemerintah yang turun 2,65% dan memberikan andil deflasi 0,48%. Komponen harga bergejolak juga mengalami deflasi 0,93%, dengan andil deflasi 0,16%. Sementara itu, komponen inti masih mengalami inflasi 0,25% dengan andil 0,16%, didorong oleh kenaikan harga emas perhiasan, kopi bubuk, dan mobil.

Baca Juga: BPS Catat Nilai Impor RI Turun Jadi US$18 Miliar pada Januari 2025

“Deflasi Februari 2025 memang lebih rendah dibanding Januari 2025. Namun, penurunan harga listrik dan pangan tetap menjadi faktor utama,” jelas Amalia.

Harga Pangan Stabil, BBM Non-Subsidi Naik

Selain listrik, penyesuaian harga beberapa komoditas turut memengaruhi inflasi. Harga jagung di tingkat peternak mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya. Namun, Pertamina menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi di rentang 2-8% pada Februari 2025, yang berkontribusi pada inflasi di sektor transportasi.

Sementara itu, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani ditetapkan Rp6.500 per kilogram sesuai Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Nomor 14 Tahun 2025.

Baca Juga: BRI Prediksi BI Rate Turun 25 Bps Jadi 5,5%

BPS juga mencatat bahwa sektor konstruksi mengalami deflasi 0,03% secara bulanan. Harga material seperti batu pecahan, aspal, dan baja tulangan mengalami penurunan, sementara pasir, rangka baja, dan ubin marmer mengalami kenaikan harga.

Dengan tren deflasi pada Februari 2025, BPS akan terus memantau pergerakan harga di bulan-bulan berikutnya, terutama terkait dampak kebijakan pemerintah terhadap daya beli masyarakat.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: