Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Cara Konyol Thailand Mengerek Penjualan Mobil: Beli EV Baru, Belum Pernah Dipakai Dijual Lagi

Cara Konyol Thailand Mengerek Penjualan Mobil: Beli EV Baru, Belum Pernah Dipakai Dijual Lagi Kredit Foto: Unsplash/Dave Kim
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintah Thailand putar otak menghadapi situasi kelesuan pasar yang berimbas pada penjualan kendaraan menjadi lesu.

Menghadapi pasokan kendaraan yang menumpuk, pemerintah Thailand dan asosiasi otomotif setempat mengambil langkah-langkah promosi kendaraan listrik (EV).

Salah satunya pemberian subsidi kepada produsen EV yang mengimpor dan menjual EV di pasar lokal Thailand.

Langkah ini bukan tak ada risiko, ada ketentuan yang mengharuskan produsen untuk membangun fasilitas produksi EV lokal untuk mengimbangi mobil impor.

Misalnya, di bawah skema EV 3.5, pada tahun 2026 produsen harus memproduksi dua kali lipat jumlah EV di dalam negeri untuk mengimbangi impor, dan pada tahun 2027, persyaratan ini meningkat menjadi tiga kali lipat jumlah yang diimpor.

Jika ketentuan ini tidak terpenuhi, subsidi yang diterima harus dikembalikan kepada pemerintah.

Namun, dalam menetapkan persyaratan produksi dalam negeri untuk mengimbangi impor, pemerintah tidak mengantisipasi persaingan di industri EV akan meningkat, membanjiri pasar dengan EV dan memicu perang harga.

Dikutip dari Bangkok Post, Kementerian Keuangan Thailand sudah berdiskusi dengan Dewan Investasi (BoI) tentang masalah produksi dalam negeri untuk mengimbangi impor, mengeksplorasi cara-cara untuk menyesuaikan langkah-langkah guna meredakan kelebihan pasokan EV, perang harga yang diakibatkannya, dan dampak negatif terhadap industri EV.

Salah satu metode adalah mengubah rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah produksi guna mengimbangi impor.

Perang harga EV khususnya sangat sengit di Tiongkok, produsen EV terbesar di dunia. Pabrikan di sana telah memangkas harga secara agresif sehingga banyak produsen yang lebih kecil atau lebih lemah bangkrut.

Salah satu strategi penetapan harga yang digunakan mengubah EV baru menjadi "mobil bekas" dengan mendaftarkannya dan kemudian menjualnya kembali sebagai kendaraan bekas, meskipun jarak tempuhnya nol atau hampir nol.

Kendaraan ini dijual dengan harga yang jauh lebih rendah daripada mobil baru, yang memungkinkan pabrikan untuk mengklaim volume penjualan sambil mendapatkan likuiditas langsung.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: