Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

The Fed Tahan Suku Bunga, Investor Kembali Lirik Dolar AS

The Fed Tahan Suku Bunga, Investor Kembali Lirik Dolar AS Kredit Foto: Antara/Bayu Pratama S
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dolar Amerika Serikat (AS) diperdagangkan menguat terhadap sebagian besar mata uang utama di Rabu (18/6). Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan, di tengah ketidakpastian ekonomi akibat kebijakan tarif dan konflik geopolitik.

Dilansir dari Reuters, Kamis (19/6), Indeks Dolar (DXY) yang mengukur kekuatan greenback terhadap mata uang utama global lainnya terpantau berada dalam kisaran 98,87.

Baca Juga: AS Tegang, Rezim Trump Buru-buru Evakuasi Warganya dari Israel

Keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga sudah diperkirakan pelaku pasar. Namun, fokus investor kini beralih ke pernyataan soal proyeksi pertumbuhan ekonomi dan inflasi dari Ketua The Fed, Jerome Powell.

Ketidakpastian global meningkat, terlebih setelah data terbaru menunjukkan dampak dari kebijakan tarif perdagangan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Selain itu, konflik global  yang terus memanas serta lonjakan harga minyak mentah dunia turut memperumit pandangan kebijakan bank sentral dari AS.

Meski The Fed masih memproyeksikan pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin tahun ini, laju penurunan diperlambat karena kekhawatiran bahwa tarif bisa memicu inflasi.

“Spekulasi masih belum jelas. Angka ekonomi kuartal kedua akan menjadi kunci untuk menyadari apakah kita benar-benar berada dalam tekanan resesi yang akan memaksa The Fed mengubah strategi,” kata Direktur Perdagangan Monex USA, Juan Perez.

“The Fed menerima sinyal yang campur aduk, maka mereka juga mengirimkan sinyal yang sama ke pasar,” tambahnya.

Kini, perhatian pasar kembali tertuju ke konflik Timur Tengah. Israel telah melancarkan serangan udara terhadap Iran. Israel juga menyuarakan perlunya perubahan rezim di Iran.

Militer Amerika Serikat dilaporkan memperkuat kehadirannya dalam kawasan dari Timur Tengah. Hal ini memicu spekulasi bahwa intervensi langsung dari negara tersebut semakin mungkin terjadi. Kekhawatiran meningkat bahwa konflik akan meluas ke wilayah penting dengan sumber energi global dan rantai pasok vital.

Baca Juga: Trump Perpanjang Tenggat Divestasi TikTok Hingga September

Adapun Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menolak tuntutan untuk menyerah tanpa syarat. Trump mengatakan kesabarannya telah habis, namun belum mengungkapkan langkah selanjutnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: