Kredit Foto: Pertamina
Praktisi perminyakan dan eks Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Rudi Rubiandini, Indonesia tidak akan bisa mencapai target lifting minyak sebesar 1 juta barel per hari (BOPD) dengan berharap kepada keajaiban.
Untuk mencapai target tersebut, ia meminta pemerintah untuk mempercepat kegiatan eksplorasi dan memanfaatkan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) untuk mengatasi tren penurunan produksi alamiah.
"Jadi tidak bisa dengan berdoa saja, mudah-mudahan ada mujizat naik 1 juta BOPD, berat," tegas Rudi dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) bersama Komisi VII DPR di Kompleks Parlemen, Rabu (02/07/2025).
Baca Juga: Pemerintah ‘Sulap’ Minyak Ilegal Jadi Lifting Nasional Lewat Skema Sumur Rakyat
Rudi mengatakan, eksplorasi merupakan kunci utama dalam menggenjot produksi migas nasional. Ia menyebut, strategi peningkatan lifting harus dilakukan secara simultan, mulai dari eksplorasi, penerapan EOR, hingga reaktivasi sumur idle.
"Tim eksplorasi adalah tim nomor satu, kemudian ada EOR, dan terakhir reaktivasi. Eksplorasi hasilnya mungkin baru terasa 10 tahun lagi, EOR lima tahun, dan reaktivasi tiga tahun," jelasnya.
Rudi menekankan bahwa kondisi industri migas lima hingga sepuluh tahun mendatang ditentukan oleh apa yang dilakukan hari ini. Karena itu, pemerintah diminta untuk tidak menunda langkah strategis jika serius ingin mencapai target lifting 1 juta BOPD.
"Industri migas lima tahun ke depan itu dimulai dari hari ini. Mana lapangan yang on stream, mana yang akan bocor, mana yang menetes, sudah bisa dipetakan," ujarnya.
Baca Juga: Terobosan Bahlil Kejar Target Lifting Minyak 1 Juta Barel Per Hari
Sebagai contoh konkret, Dia menyoroti keberhasilan Blok Cepu yang sempat menyumbang produksi hingga 200 ribu BOPD pada periode 2015-2017. Capaian itu, kata dia, merupakan buah dari eksplorasi agresif yang dilakukan sejak 2010-2011.
"Saya ingat saat pertama kali pengeboran di Cepu pada 2011, saya yang resmikan. Hasilnya? Produksi tembus 200 ribu BOPD. Sampai hari ini belum ada lapangan lain yang bisa menandingi," tutupnya.
Namun, ia juga mengingatkan soal fenomena natural decline, di mana produksi migas akan terus turun seiring berjalannya waktu jika tidak ada penemuan cadangan baru.
"Lapangan migas itu seperti balon. Kalau dikeluarkan terus, pasti kempis. Kalau tidak ada tambahan dari eksplorasi, ya tidak bisa berharap banyak. Migas itu seperti gajah, beloknya pelan, tidak bisa tiba-tiba," tutup Rudi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Djati Waluyo
Tag Terkait:
Advertisement