Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, membantah narasi di media sosial yang menyebut dirinya memberi perlakuan khusus kepada Amerika Serikat (AS) dalam pengelolaan mineral kritis di Indonesia.
Menurut Bahlil, sejak awal ia tidak pernah membuat pernyataan seperti yang beredar tersebut.
"Ya mohon maaf lah, kita sama-sama saling menghargai lah kira-kira ya. Jangan mengutip omongan gue yang sepenggal-sepenggal, udah gitu diplesetin lagi," ujarnya dalam konferensi pers capaian kinerja Semester I 2025 sektor ESDM di Jakarta, Senin (11/8/2025).
Baca Juga: Baru Rasakan Listrik Saat SMP, Bahlil Tak Ingin Generasi Muda Alami Masa Lalunya
Bahlil menegaskan, hasil negosiasi dagang antara Indonesia dan AS tidak serta-merta memberikan hak istimewa kepada Negeri Paman Sam untuk menguasai mineral kritis di Tanah Air.
"Hilirisasi itu adalah program utama Bapak Presiden, di mana kesempatan diberikan kepada semua negara. Equal treatment. Mau Cina, Jepang, Amerika, Eropa, semuanya sama," tegasnya.
Meski begitu, ia tak memungkiri bila pihak AS tengah melobi RI terkait hal ini. "Ya (AS) masih omon-omon, loby-loby," tambahnya.
Baca Juga: Bahlil: Kapasitas Pembangkit RI Naik 4,4 GW di Semester I 2025, EBT Hanya Tumbuh 0,6%
Bahlil kembali menegaskan bahwa pemerintah memegang prinsip kesetaraan dan kerja sama saling menguntungkan dalam pengelolaan sumber daya alam nasional.
"Bisnisnya sama. Equal treatment. Enggak ada beda-beda. Jangankan Amerika, mau Afrika, mau Eropa, mau di mana saja, semua sama," ujarnya di International Battery Summit, Jakarta, Selasa (5/8/2025).
Ia memastikan Indonesia tidak memprioritaskan negara tertentu dalam pengelolaan kekayaan mineral. Pihak mana pun yang memiliki niat baik dan komitmen investasi dipersilakan berkolaborasi.
Baca Juga: Danantara Gaet IDFC AS, Perkuat Investasi di Mineral Kritis
Sebagai informasi, berikut daftar 47 mineral kritis di Indonesia :
- Aluminium (bauksit)
- Antimoni (antimoni)
- Barium (barit)
- Berilium (berilium)
- Besi (bijih besi, pasir besi)
- Bismut (bismut)
- Boron (boron)
- Kadmium (cadmium)
- Feldspar (feldspar)
- Fluorspar (fluorspar)
- Fosfor (fosfat)
- Galena (galena)
- Galium (galium)
- Germanium (germanium)
- Grafit (grafit)
- Hafnium (hafnium)
- Indium (indium)
- Kalium (kalium)
- Kalsium (kalsium)
- Kobal (kobal)
- Kromium (kromit)
- Litium (litium)
- Logam Tanah Jarang
- Magnesium (magnesium)
- Mangan (mangan)
- Merkuri (sinabar)
- Molibdenum (molibdenum)
- Nikel (nikel)
- Niobium (niobium)
- Palladium (palladium)
- Platinum (platina)
- Ruthenium (ruthenium)
- Selenium (selenium)
- Seng (seng)
- Silika (pasir kuarsa, kuarsit, kristal kuarsa)
- Sulfur (belerang)
- Skandium (skandium)
- Stronsium (stronium)
- Tantalum (tantalum)
- Telurium (telurium)
- Tembaga (tembaga)
- Timah (timah)
- Titanium (titanium)
- Torium (torium)
- Wolfram (wolfram)
- Vanadium (vanadium)
- Zirkonium (zirkon)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Djati Waluyo
Tag Terkait:
Advertisement