- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Industri Sarang Walet Kian Ramai, Mana Lebih Unggul Antara NEST dan RLCO?
Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Masuknya PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (RLCO) ke Bursa Efek Indonesia (BEI) pada awal Desember 2025 memunculkan perbandingan dengan PT Esta Indonesia Tbk (NEST), emiten sarang burung walet yang lebih dulu mencatatkan diri di bursa. Berdasarkan prospektus dan rekam jejak operasional, NEST berada pada posisi lebih strategis karena menguasai bisnis secara terintegrasi dari hulu hingga hilir, sedangkan RLCO masih berfokus pada pengolahan dengan ketergantungan penuh pada pembelian bahan baku dari pasar.
NEST menjalankan model bisnis vertically integrated mencakup pembibitan, budidaya, pengolahan, dan perdagangan sarang walet. Perusahaan mengoperasikan 15 rumah walet ditambah pabrik modern untuk pengendalian kualitas bahan baku. Integrasi ini membuat NEST tidak bergantung pada fluktuasi pasokan pasar bebas.
Perseroan juga memiliki unit pengolahan melalui PT Tunas Esta Indonesia (TEI), sehingga total kapasitas produksi mencapai 80 ton per tahun (NEST 30 ton dan TEI 50 ton). Kapasitas tersebut memperkuat kesiapan perusahaan dalam memenuhi permintaan ekspor.
Baca Juga: BEI Bantah Batas Waktu Pemesanan IPO RLCO Dipersingkat
Pada segmen hilir, NEST memiliki keunggulan sebagai pemasok utama Xiamen Yan Palace Bird's Nest Industry Co Ltd, produsen sarang burung walet terbesar di China dengan penjualan tahunan Rp5 triliun dan valuasi HK3,2 miliar. Xiamen Yan Palace memegang 5% saham NEST, sehingga membuka akses pasar global lebih luas dan stabil. Sebaliknya, RLCO mencatat pendapatan hilir sekitar Rp50 miliar, dengan skala bisnis downstream yang lebih kecil dibanding NEST.
RLCO mengandalkan bisnis pengolahan dan pencucian sarang walet tanpa fasilitas budidaya. Seluruh bahan baku dibeli dari pasar, menjadikan kapasitas produksi bergantung pada pasokan eksternal serta rentan terhadap volatilitas harga sarang walet mentah. Namun dari sisi hilir, RLCO memiliki produk siap konsumsi hasil produksi internal, sementara NEST masih bekerja sama dengan mitra dari China.
Kinerja keuangan memperlihatkan kontras struktur permodalan kedua perusahaan. Per 30 September 2025, NEST tidak memiliki utang berbunga setelah melunasi kewajiban Rp22 miliar pada September 2024. Total liabilitas tercatat Rp44,03 miliar dengan ekuitas Rp367,6 miliar. Debt to equity ratio (DER) berada di level 0,12 kali. Sementara itu, DER RLCO per 31 Mei 2025 mencapai 2,88 kali, dengan total liabilitas Rp509,25 miliar, didominasi kewajiban jangka pendek Rp477,97 miliar dan ekuitas Rp176,52 miliar.
Baca Juga: RLCO Perkuat Pasokan Walet, 56% Dana IPO untuk Bahan Baku
RLCO juga menghadapi tekanan kas. Per 31 Mei 2025, saldo kas turun drastis menjadi Rp4,03 miliar atau anjlok 87,47% dibanding 31 Desember 2024 senilai Rp32,16 miliar, terutama akibat arus kas operasi negatif sebesar Rp36,97 miliar pada periode Januari–Mei 2025.
Meski demikian, RLCO membukukan peningkatan kinerja top line. Selama lima bulan pertama 2025, penjualan mencapai Rp231,32 miliar, naik 47,56% dibanding periode sama tahun lalu Rp156,76 miliar. Laba bersih 5M25 tercatat Rp12,34 miliar atau melonjak 609,2% secara tahunan. Kontributor terbesar ekspor RLCO, TJ Seven Incorporation, membukukan nilai transaksi Rp108,6 miliar selama 5M25, dibanding Rp125,86 miliar sepanjang 2024.
Sementara penggunaan dana IPO juga menunjukkan perbedaan strategi. NEST mengalokasikan dana untuk ekspansi pabrik dan teknologi, sedangkan RLCO memfokuskan IPO untuk pembelian bahan baku. Prospek pertumbuhan NEST ditopang rencana pembangunan rumah walet berteknologi tinggi, sedangkan RLCO mengarahkan langkah untuk stabilisasi pasokan dan perbaikan struktur keuangan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Annisa Nurfitri
Advertisement