Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Keracunan MBG Tembus 15 Ribu Kasus, Kerugian Ekonomi Ditaksir Capai Belasan Miliar

Keracunan MBG Tembus 15 Ribu Kasus, Kerugian Ekonomi Ditaksir Capai Belasan Miliar Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kasus keracunan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) sepanjang Januari hingga November 2025 tidak hanya menimbulkan dampak kesehatan, tetapi juga menciptakan beban ekonomi signifikan bagi rumah tangga dan keuangan publik.

Kurasi data Center of Economic and Law Studies (CELIOS) menunjukkan jumlah korban telah melampaui 15.000 kasus, dengan potensi kerugian ekonomi mencapai belasan miliar rupiah apabila tren berlanjut.

CELIOS mencatat eskalasi kasus berlangsung konsisten sepanjang 2025. Pada awal tahun, insiden masih relatif terbatas, namun sejak Agustus 2025 jumlah korban meningkat tajam hingga ribuan orang. Puncaknya terjadi pada Oktober 2025dengan 6.463 korban, pola yang dinilai mencerminkan persoalan sistemik dan berulang, bukan insiden terpisah.

Baca Juga: Insiden Sekolah Kalibaru Dorong BGN Evaluasi Prosedur MBG

Direktur Kebijakan Fiskal CELIOS Media Wahyudi Askar menjelaskan bahwa lonjakan kasus tersebut berimplikasi langsung terhadap beban ekonomi yang ditanggung masyarakat dan negara.

“Implikasi dari berantakannya MBG ini, tentu saja ada biaya yang harus ditanggung oleh individu dan biaya yang harus ditanggung oleh jasa layanan kesehatan milik pemerintah, di-cover BPJS (Kesehatan) yang dari uang pajak masyarakat,” ujar Media, Senin (15/12/2025).

Berdasarkan perhitungan CELIOS, kerugian ekonomi tidak hanya bersumber dari biaya pengobatan. Dalam skenario paling konservatif, yakni tanpa rawat inap, total kerugian diperkirakan hampir Rp4 miliar. Nilai tersebut terutama berasal dari hilangnya produktivitas korban serta anggota keluarga yang harus mendampingi selama pemulihan.

Pada skenario dasar, dengan asumsi 12% korban memerlukan rawat inap, total kerugian meningkat menjadi sekitar Rp8,4 miliar. Sementara pada skenario atas, dengan tingkat rawat inap sekitar 16%, beban ekonomi melonjak hingga sekitar Rp14 miliar. CELIOS menilai setiap peningkatan tingkat keparahan kasus berdampak langsung pada pembengkakan biaya secara eksponensial.

Media menegaskan bahwa besarnya kerugian tersebut kerap luput dari perhatian publik. “Total biaya yang ditanggung masyarakat terkait keracunan MBG ini jumlahnya ternyata tidak sekecil yang kita bayangkan ya. Meskipun kelihatannya sederhana, tetapi masalah ini tidak hanya merugikan keuangan individu atau keluarga, tapi juga merugikan keuangan semua orang,” jelasnya.

Baca Juga: Tegaskan Produksi Surplus, Mentan Amran Tepis MBG Picu Gejolak Harga Pangan

Temuan CELIOS juga menunjukkan bahwa kerugian akibat produktivitas yang hilang bahkan lebih besar dibandingkan biaya medis langsung. Kondisi ini menandakan dampak ekonomi keracunan MBG meluas ke sektor rumah tangga dan aktivitas ekonomi lokal, seiring berkurangnya jam kerja dan pendapatan keluarga.

Selain itu, beban biaya kesehatan sebagian ditanggung oleh sistem jaminan kesehatan nasional melalui BPJS Kesehatan, yang pada akhirnya bersumber dari dana publik. Dengan demikian, keracunan MBG tidak hanya menjadi isu kesehatan masyarakat, tetapi juga persoalan efisiensi fiskal.

CELIOS menilai beban tersebut sejatinya dapat ditekan melalui penguatan pengawasan mutu makanan, pelatihan higiene bagi penjamah makanan, serta sistem keamanan pangan yang lebih ketat. Tanpa perbaikan struktural, peningkatan kasus keracunan MBG berpotensi terus memperbesar kerugian ekonomi yang harus ditanggung masyarakat dan negara pada periode berikutnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: