WE Online, Palembang - Perusahaan pupuk urea yang berkantor pusat di Kota Palembang, Sumatera Selatan, telah menyiapkan tambahan pasokan gas bumi untuk memenuhi kebutuhan energi dan menunjang kegiatan produksi satu pabrik baru yang pembangunannya segera selesai.
"Perjanjian jual beli gas bumi (PJBG) antara PT Pertamina EP dengan PT Pusri telah dilakukan pada 2 November 2015 dengan tambahan pasokan 17 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dari pasokan sebelumnya 166 MMSCFD untuk persiapan operasional pabrik baru Pusri 2B pada akhir tahun ini atau awal 2016," kata Manajer Humas PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Sulfa Ghanie di Palembang, Senin (9/11/2015).
Dia menjelaskan, pembangunan satu pabrik baru pupuk urea proyek revitalisasi pabrik tua itu, dalam kurun waktu satu hingga dua bulan ke depan rampung dan segera dioperasikan, sehingga perlu disiapkan gas yang menjadi sumber energi dan penunjang kegiatan produksi pupuk.
Proyek revitalisasi satu dari empat pabrik pupuk paling tua milik PT Pusri di Palembang, yang dilakukan sejak April 2013 hingga kini telah mencapai sekitar 97 persen.
"Perkembangan pembangunan pabrik baru proyek revitalisasi Pusri 2B hingga November 2015 ini berjalan lancar sesuai target, jika tidak ada hambatan yang berarti pabrik baru tersebut sudah bisa melakukan kegiatan produksi pada akhir tahun ini atau awal 2016," ujarnya.
Menurut dia, saat ini PT Pusri memiliki empat pabrik dengan total kapasitas produksi mencapai 2,262 juta ton per tahun, namun, karena kondisinya sudah tua, kapasitas produksi tersebut beberapa tahun terakhir tidak pernah tercapai secara maksimal.
Kondisi empat pabrik tersebut rata-rata usianya 35 tahun ke atas, sedangkan idealnya usia pabrik pupuk maksimal 20 tahun. Semua pabrik PT Pusri di Palembang kondisinya memprihatinkan karena sudah berusia tua. Pabrik yang usianya relatif paling muda adalah pabrik Pusri 1B yang dibangun pada 1994.
Untuk meningkatkan produksi, pihaknya berupaya secara bertahap melakukan revitalisasi pabrik tua dengan prioritas revitalisasi pabrik urea paling tua yakni pabrik Pusri 2 yang dibangun pada 1974. Proyek revitalisasi pabrik tua yang sedang berjalan sekarang ini dikerjakan oleh konsorsium PT Rekayasa Industri dan Toyo Engineering Corporation dengan nilai investasi Rp7,4 triliun.
Pabrik Pusri 2B menggunakan teknologi KBR Purifier Technology, untuk pabrik amonia dan teknologi Acces 21 milik Toyo dan Pusri sebagai co-licencor untuk pabrik urea.
Kapasitas produksi terpasang pabrik amonia mencapai 2.000 ton per hari atau 660.000 ton per tahun dan kapasitas pabrik urea 2.750 ton per hari atau 907.500 ton per tahun. Pabrik Pusri 2B dengan teknologi baru, selain ramah lingkungan juga menghemat bahan baku gas, dengan rasio pemakaian gas per ton produk 31,49 MMBTU per ton amonia dan 21,18 MMBTU per ton urea.
Jika proyek revitalisasi tersebut berjalan sesuai rencana, pabrik baru itu mampu mendongkrak produksi urea hingga 2,61 juta ton per tahun, ujar Sulfa.
Sebelumnya Dirut PT Pertamina EP Rony Gunawan dalam siaran pers menjelaskan bahwa dengan penambahan pasokan 17 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dalam PJBG yang ditandatangani pada awal November ini, total penyaluran gas bumi ke PT Pusri menjadi 183 juta MMSCFD.
PJBG antara Pertamina EP dan Pusri berlangsung selama dua tahun hingga 2017, penambahan pasokan gas tersebut merupakan komitmen pihaknya untuk terus mendukung pertumbuhan sektor pupuk sehingga dapat memberikan dampak yang besar terhadap masyarakat dan perekonomian negara, ujar dia pula. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Achmad Fauzi
Tag Terkait:
Advertisement