Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Astra Bina Penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Empat penerima Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards, yaitu Amilia Agustini dan Mansetus Kalimantan (penerima SATU Indonesia Awards 2010), Marwan Hakim (penerima tahun 2013), dan Maharani (penerima tahun 2014), melakukan pertemuan di Lombok Timur, Jumat dan Sabtu (11-12/12/2015).

Public Relations Division Corporate Communications PT Astra International Tbk Mulawarman mengatakan pertemuan sekaligus kunjungan dan diskusi dengan empat anak muda ini merupakan komitmen pihaknya dalam membina penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards secara berkelanjutan.

"Banyak ide-ide kreatif yang muncul dalam hal penghijauan lingkungan melalui berbagai pohon, seperti gaharu serta bidang pendidikan dan pemberdayaan masyarakat," katanya dalam rilis pers yang diterima di Jakarta, Minggu (13/12/2015).

Pada kesempatan ini, katanya, Astra memberikan 300 itik, 50 ayam, dan 300 pohon alpukat kepada Marwan, sedangkan 500 batang pohon gaharu untuk Maharani. Bantuan ini diharapkan dapat mendorong terus para penerima apresiasi untuk berkarya bagi lingkungan sekitarnya.

"SATU Indonesia merupakan langkah nyata dari Grup Astra untuk berperan aktif serta memberikan kontribusi meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia melalui karsa, cipta, dan karya terpadu untuk memberikan nilai tambah bagi kemajuan bangsa Indonesia," terangnya.

Mulawarman menjelaskan bahwa melalui SATU Indonesia Awards, Astra memberikan apresiasi kepada generasi muda yang berkontribusi positif kepada masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Ajang apresiasi iniĀ  telah berlangsung selama enam tahun sejak dicetuskan pertama kali pada 2010. Hingga tahun 2015, sudah ada 32 sosok penerima apresiasi yang terus dibina Astra.

"Pada prinsipnya di mana pun instalasi Astra berada harus memberikan manfaat bagi lingkungan sekitarnya sesuai dengan butir pertama filosofi catur dharma, yaitu menjadi milik yang bermanfaat bagi bangsa dan negara," pungkasnya.

Berikut profil lengkap keempat penerima SATU Indonesia Awards yang hadir dalam pertemuan di Lombok Timur, NTT.

Marwan Hakim: Pejuang Pendidikan Aikperapa
Awalnya, cita-cita Marwan Hakim mendirikan sekolah adalah ingin melahirkan calon sarjana dari desanya yang selama ini belum pernah ada serta menghindari nikah dini dari anak-anak usia sekolah. Ia adalah pejuang pendidikan di Aikperapa, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Sejak ajang SATU Indonesia Awards 2013. Marwan memajukan pendidikan di Desa Aikperapa dengan memperbaiki infrastruktur, mulai dari jalan, gedung sekolah, ruang kelas, dan mengembangkan kegiatan kepemudaan.

Hingga saat ini, di sekolah yang didirikan Marwan sudah menelurkan lebih dari 500 lulusan SD, SMP, dan SMA. Bahkan, sudah ada beberapa murid sekolahnya yang melanjutkan ke perguruan tinggi dan lulus sebagai sarjana.

Marwan juga menambah kelas TK sebanyak dua kelas dengan empat guru dan seorang petugas administrasi. Tak hanya itu, pejuang pendidikan ini mendirikan panti asuhan untuk merawat anak-anak yatim piatu dan terlantar. Saat ini ada 15 anak yang diasuhnya di panti asuhan tersebut serta 42 anak di luar panti yang diasuh melalui santunan bulanan.

"Alhamdulillah perkembangannya sekolah kami sangat pesat sekali dan minat anak-anak untuk bersekolah semakin tinggi dibanding sebelumnya untuk mencapai cita-cita mereka di perguruan tinggi," ujar Marwan sembari menyatakan bahwa dia akan terus fokus untuk pendidikan di kampung halamannya.

Maharani: Satu pohon Gaharu Senilai Rp 50 Juta
Sebagai petani pohon gaharu, binaan Maharani sudah tersebar ke wilayah lain di Indonesia seperti Kalimantan Tengah, Merauke, Biak, dan Ambon. Ia berbagi ilmu mengenai teknik budidaya gaharu serta cara pemeliharaan dan pembuatan bibitnya.

Di Kalimantan Tengah, misalnya, ia akan melatih sekitar 50 petani mengenai injeksi kayu gaharu. Forum Petani Pecinta Gaharu bentukannya kini sudah mencatat 250 orang anggota. Dengan adanya forum ini, rekan-rekan petaninya dapat berkomunikasi lebih baik antarsesama petani dan menjadi lebih sejahtera dari segi ekonomi karena memiliki akses informasi harga kayu gaharu di pasaran.

Satu pohon gaharu siap panen berusia 5-7 tahun dapat dijual senilai Rp 50 juta yang dibutuhkan oleh para industri parfum dunia.

"Indonesia baru memasok 10% dari bahan baku parfum dunia. Oleh sebab itu, inilah salah satu andalan ekspor masa datang yang bisa menyejahterakan petani," ujar Maharani yang menyelesaikan S3 di bidang pertanian ini.

Amilia Agustin: Ratu Sampah Sekolah
Dari Bandung, kini Amilia melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi di Bali. Wanita muda yang peduli lingkungan ini senantiasa terdorong untuk melakukan perubahan di mana pun ia berada. Dimulai dari program Go to Zero Waste School yang digagasnya beberapa tahun lalu, kini Amilia membentuk komunitas di Bali yang diberi nama Udayana Green Community untuk mengatasi masalah lingkungan dengan harapan melibatkan banyak anak muda untuk berperan aktif.

Lewat komunitas ini, ia dan teman-temannya sudah melakukan beberapa kegiatan seperti pengolahan sampah kertas dan kain perca, sosialisasi diet plastik, transplantasi dan perawatan karang, penanaman dan perawatan mangrove, serta pengelolaan bank sampah

Mansetus Kalimantan Balawala: Sepeda Motor untuk Bidan Desa
Bermula dari Yayasan Kesehatan untuk Semua (YKS), Mansetus (Mans) fokus pada penyediaan jasa sepeda motor bagi petugas kesehatan, termasuk bidan, di Larantuka, Nusa Tenggara Barat.

Bersama 11 oang temannya, Mans memberikan transportasi gratis bagi para bidan yang membantu untuk proses kelahiran sehingga tingkat kematian ibu-ibu hamil berkurang drastis melalui program tersebut.

Program gagasannya ini meliputi pelayanan kesehatan bermotor, pelatihan, pengembangan bengkel. Sejak 2013, Mans menginisiasi program advokasi buruh migran mengingat wilayah kerja YKS merupakan daerah basis buruh migran yang rentan terhadap kasus HIV/AIDS. Program tersebut dilakukan di Kabupaten Lembata dengan tiga desa sasaran, yakni Desa Dulitukan, Desa Tagawiti, dan Desa Beutaran.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: