WE Online, Cikarang - Industri makanan dan minuman (mamin) nasional memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pada semester I-2015 pertumbuhan industri makanan dan minuman mencapai 8,46 persen atau lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan industri nonmigas pada periode yang sama sebesar 5,26 persen. Sektor industri mamin nasional tercatat berkontribusi sebesar 31,20 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) industri pengolahan nonmigas.
Sementara itu, realisasi investasi di sektor mamin sepanjang enam bulan pertama tahun ini adalah Rp23,4 triliun. Dari realisasi investasi sebesar itu, penanaman modal asing (PMA) memberi kontribusi sebesar Rp9 triliun.
Di tengah kondisi seperti di atas, PT Sonton Food Indonesia (SFI) hadir dan masuk ke dalam peta industri mamin nasional. SFI merupakan unit usaha hasil joint venture Sonton Holdings Co Ltd, Jepang (SHD), dengan PT Mahadana Dasha Utama (MahaDasha).
Sonton masuk ke pasar Indonesia dengan bermodalkan pengalaman lebih dari 70 tahun melayani kebutuhan masyarakat Jepang atas produk selai sejak tahun 1942 silam. Di Jepang, perseroan merupakan pemimpin pasar (market leader) dengan kemampuan membuat produk selai berkualitas tinggi dan didukung oleh mesin produksi berteknologi canggih.
Presiden Direktur Sonton Food Indonesia Nobufumi Ohuchi mengatakan pihaknya selalu mengutamakan kualitas produk dengan memperhatikan tingkat higienitas maksimal.
"Kami sangat selektif memilih bahan. Semua bahan yang kami gunakan diseleksi secara ketat dengan standar kualitas tinggi. Selain itu, proses produksi dilakukan secara manual oleh operator dan mesin automasi dilengkapi dengan proses pasteurisasi sehingga tingkat kehigienisannya pun sangat terjamin," katanya kepada wartawan di Cikarang, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.
Kontribusi Positif
Nobufumi Ohuchi menyatakan SFI siap memberikan kontribusi signifikan bagi industri manufaktur makanan di Indonesia, khususnya di industri selai. Pada tahun 2014 kemarin kapasitas produksi selai nasional tercatat sebesar 15.000 ton per tahun, sedangkan pabrik SFI yang akan beroperasi pada semester pertama tahun 2016 mendatang siap memproduksi selai sebanyak 7.000 ton per tahun. Artinya, kemampuan produksi SFI hampir separuh dari kapasitas produksi industri selai nasional pada tahun lalu.
"Hadirnya SFI diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi industri manufaktur makanan di Indonesia, khususnya di industri selai," katanya.
Dengan kapasitas produksi sebesar 7.000 ton per tahun tersebut, Ohuchi memastikan pihaknya siap memenuhi kebutuhan pasar selai di Indonesia, khususnya untuk industri roti, biskuit, es krim, dan confectionary. Dikatakan, di masa awal berdiri ini target pasar SFI adalah business-to-business (B2B).
"Target pasar awal kami memang business-to-business (B2B), namun ke depannya kami berencana melakukan perluasan ke pasar ekspor dan consumer market," jelasnya.
GM Sales & Marketing Sonton Food Indonesia Edy Jeo mengatakan bahwa pada saat ini pihaknya sudah melakukan penjajakan dengan beberapa perusahaan makanan di Indonesia. Selain itu, ia mengatakan SFI juga sudah mulai menjajaki konsumen potensial di beberapa negara ASEAN, seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina.
Perlu diketahui, ekspor sektor industri makanan nasional sampai dengan bulan Mei 2015 tercatat sebesar 2.263,1 juta dolar AS. Angka tersebut mengalami kenaikan 4,05 persen dibandingkan nilai ekspor pada Mei 2014 yang angkanya sebesar 2.175,0 juta dolar AS. Diprediksi, ekspor produk mamin Indonesia pada tahun 2016 mendatang bakal meningkat hingga 12-13 persen dari total nilai ekspor pada tahun 2015 ini.
Cita Rasa Indonesia
Edy mengatakan bahwa ke depan SFI akan memproduksi varian produk yang bercita rasa Indonesia. Ia mengatakan hal ini untuk menyesuaikan produk mereka dengan selera masyarakat Indonesia. Apalagi, ia menegaskan selera masyarakat Indonesia tidak sama dengan selera masyarakat Jepang atas selai yang biasa mereka produksi sebelumnya.
Ia menambahkan bahwa hampir seratus persen bahan baku yang akan digunakan pihaknya adalah bahan baku lokal, seperti buah, cokelat, matcha, hingga kacang. Bahan-bahan baku tersebut, jelasnya, memiliki komposisi sebesar 25 persen dari seluruh isi selai.
"Pengolahan produk di SFI juga selalu dicek dan diteliti. Selai yang akan diproduksi dan setelah diproduksi akan selalu dicek kebersihannya," tegasnya.
Agar kualitas produk tetap terjaga, Ohuchi mengatakan pihaknya mendatangkan langsung pakar pembuat selai dari Sonton Jepang yang bertugas mentransfer pengetahuan dan keterampilan ke tenaga kerja lokal. Meski demikian, ia memastikan SFI juga siap mengirim karyawan mereka ke Jepang untuk belajar langsung soal produksi selai.
"Kami juga tak segan mendatangkan ahli dari Jepang atau menerbangkan karyawan Indonesia untuk training di Jepang, seperti yang kami lakukan pada karyawan di bagian R&D atau quality control," tegasnya.
Saat ini, pabrik yang terletak di Delta Silicon III, Lot F23 Nomor 23, Cikarang Pusat, Bekasi ini sudah mempekerjakan sebanyak 50 orang karyawan. Dari jumlah tersebut, pegawai asal Jepang hanya sebanyak dua orang. Disampaikan, pabrik ini mampu menyerap 100 orang karyawan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement