Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Suku Bunga Acuan Turun, Semoga Ekonomi Nasional Kian Tumbuh

        Suku Bunga Acuan Turun, Semoga Ekonomi Nasional Kian Tumbuh Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Penurunan suku bunga acuan yang dilakukan Bank Indonesia (BI) diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini tentu saja bukan tanpa alasan mengingat geliat pertumbuhan ekonomi global yang kian lemah jadi faktor pendorong bagi Pemerintah Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik, salah satunya dengan penurunan tingkat suku bunga acuan.

        Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Pingkan Audrine Kosijungan mengatakan, penurunan tingkat suku bunga ini diharapkan akan lebih mudah bagi bank memberikan pinjaman sekaligus mendorong pertumbuhan sektor usaha di tengah masyarakat, serta mendukung kondusivitas iklim berusaha. Pertumbuhan kredit masyarakat juga diharapkan bertumbuh stabil.

        Baca Juga: Pangkas Suku Bunga Masih Jadi Harapan, Rupiah dalam Tekanan!

        Pertumbuhan perekonomian global diproyeksi kembali melesu. Lembaga-lembaga internasional kembali melakukan revisi atas proyeksi pertumbuhan ekonomi global. Baru-baru ini Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) merevisi pertumbuhan ekonomi global dari 3,2% menjadi 2,9%. Sebelumnya, hal serupa sudah dilakukan oleh dua institusi Bretton Woods, yaitu International Monetary Fund (IMF) dan World Bank yang masing-masing merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi pada paruh pertama tahun ini.

        Juli lalu IMF mengumumkan bahwa perkiraan pertumbuhan ekonomi global diperkirakan berada pada angka 3,2% dari semula 3,3% untuk tahun ini. Sedangkan jauh sebelum itu, World Bank telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang semula dirilis berada pada angka 2,9% menjadi hanya 2,6%.

        "Terjadinya revisi pada perkiraan pertumbuhan ekonomi global ini bukan tanpa sebab," cetus Pingkan.

        Beberapa faktor, lanjut Pingkan, memengaruhi dinamika keuangan global terjadi pada pertengahan tahun ini sehingga membuat badan-badan ekonomi internasional tersebut melakukan proyeksi ulang berdasarkan perkembangan situasi saat ini.

        "Volatilitas pasar pun terjadi akibat adanya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang tidak kunjung berakhir," tegasnya.

        Ronde demi ronde berlalu, di satu sisi menutup peluang bagi negara yang berkonflik dan sekaligus membuka potensi pasar dan kerja sama dengan negara lainnya.

        Baca Juga: BI Pangkas Suku Bunga Jadi 5,25%

        Kondisi geopolitik yang terjadi di Eropa menyusul fenomena No-Deal Brexit yang semakin dekat dengan tenggat waktu yang telah ditentukan Uni Eropa, kondisi pasar makin tidak stabil di beberapa negara seperti Turki, Argentina, Iran dan Venezuela.

        BI pun kembali menurunkan suku bunga acuan, BI 7-days Reverse Repo Rate pada pertengahan September ini sebesar 25 basis poin dari yang semula berada pada level 5,50% menjadi 5,25%.

        "Tingkat inflasi yang masih cenderung rendah pada Agustus yang berada pada level 0,12% (mtm) dan 3,49% (yoy) tergolong stabil menjadi salah satu alasan yang dipaparkan BI dalam pernyataan resminya terkait dengan kebijakan ini," tutup Pingkan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: