Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bakal Saingi F-35 Lockheed Martin, Ini Jet Tempur Baru Ciptaan Korsel-Indonesia

        Bakal Saingi F-35 Lockheed Martin, Ini Jet Tempur Baru Ciptaan Korsel-Indonesia Kredit Foto: Reuters/Josh Smith
        Warta Ekonomi, Seoul -

        Korea Selatan (Korsel) memperlihatkan?mock-up?skala penuh pertama dari?jet tempur KF-X/IF-X?yang sedang dikembangkannya dengan?Indonesia. Maket jet tempur ditampilkan setelah para pejabat mengatakan program tersebut lulus tinjauan desain utama pada bulan September.

        Pesawat generasi masa depan yang sedang dikembangkan oleh Korea Aerospace Industries (KAI) dirancang untuk menjadi alternatif yang lebih murah dari jet tempur siluman F-35 buatan Lokcheed Martin Amerika Serikat (AS). Rencananya, KF-X/IF-X akan menggantikan sebagian besar jet tempur Korsel yang sudah tua dan akan diekspor dalam skala besar.

        Mock-up?ini ditampilkan pada hari Senin lalu di Seoul International Aerospace and Defense Exhibition (ADEX).

        Baca Juga: Jet Siluman F-X III, Pesawat Baru yang Siap Diboyong Korsel dari AS

        Korsel telah memesan 40 unit pesawat jet tempur siluman F-35A dari AS. Kiriman perdana sudah tiba tahun ini.

        Korea Utara (Korut) telah mengecam pembelian F-35 oleh Korsel, serta pengembangan senjata canggih lainnya.

        Pejabat perusahaan mengatakan, KAI saat ini sedang memproduksi prototipe KF-X/IF-X dan berencana untuk melakukan pengujian darat dan uji penerbangan masing-masing pada tahun 2021 dan 2022.

        Greg Waldron memberikan komentar terkait rencana yang bakal dikerjakan Korsel tersebut.

        "Di sisi lain mereka membuat kemajuan yang baik, tetapi ada tanda-tanda tantangan dalam program ini," kata Greg Waldron, redaktur pelaksana Asia untuk FlightGlobal, sebuah publikasi industri dirgantara, yang dikutip Reuters, Selasa (15/10/2019).

        "Di antaranya adalah dorongan Indonesia untuk menegosiasikan kembali bagaimana ia akan membayar sebagian dari biayanya, dan masuk ke pasar ekspor yang penuh dengan alternatif yang sudah mapan," lanjut Waldron.

        Baca Juga: Korsel Akan Investasikan USD74 Juta untuk Senjata Anti-Pesawat Nirawak

        Waldron menjelaskan, rencana ambisius yang diusung negeri Gingseng itu bakal menyebabkan biaya yang dikeluarkan tidak sedikit. Selain itu, lanjut Waldron, Korsel sedikit terlambat karena diprediksi sulit bersaing dengan pesawat-pesawat yang terlebih dulu hadir di pasaran.

        "Dengan program ambisius ini, Anda benar-benar harus menyebarkan biaya di antara banyak mitra. Mereka bisa menjual beberapa di sana-sini, tetapi masalahnya adalah mereka akan agak terlambat ke pasar dan sudah ada banyak pesawat kuat di luar sana," katanya.

        Korsel dan Indonesia pada 2014 sepakat untuk bersama-sama mengembangkan KF-X/IF-X dalam proyek senilai 7,5 triliun won (USD6,33 miliar), di mana Indonesia setuju untuk membayar 20 persen dari biaya proyek.

        Namun tahun lalu, Indonesia berusaha untuk melakukan negosiasi ulang untuk mengambil tekanan dari cadangan devisa dan sejak itu menawarkan untuk membayar bagiannya dari biaya proyek dalam bentuk barter.

        Program KF-X/IF-X juga mengalami hambatan ketika Korea Selatan terpaksa mengembangkan beberapa teknologi utama setelah Amerika Serikat menolak untuk memberikan persetujuan untuk penggunaan beberapa sistem, seperti radar, yang sekarang sedang dikembangkan oleh Hanwha Systems.

        Namun, KAI mengatakan proyek ini mengalami kemajuan dan membantu Korea Selatan dalam membangun program pesawat sebelumnya.

        "Kami tidak dapat melakukan (pengembangan) KF-X jika kami tidak memiliki pengalaman dalam membangun T-50 dan FA-50. Kami maju selangkah demi selangkah," kata seorang pejabat senior perusahaan, yang berbicara dengan syarat anonim karena ia tidak berwenang untuk berbicara kepada media.?

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: