Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kisah Inspiratif Tukang Cukur Menjadi Miliarder, Patut Ditiru

        Kisah Inspiratif Tukang Cukur Menjadi Miliarder, Patut Ditiru Kredit Foto: Unsplash/Alexander Mils
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Yeap Chor Ee merupakan salah satu orang yang cukup legendaris dan terkemuka di Malaya, sebuah wilayah yang kini menjadi bagian negara Malaysia. Ia bahkan menjadi salah satu orang terkaya di negara bagian utara Penang.

        Pada tahun 1885, Yeap yang berasal dari China Selatan meninggalkan kampong halamannya bersama dengan 125 ribu orang yang dilanda kelaparan akibat pemberontakan.

        Ia pun menuju Asia Tenggara yang dulu dikenal sebagai Nanyang, atau laut selatan. Ia akhirnya menetap di Malaya hingga saat ia meninggal pada Mei 1952. Yeap telah menjadi salah satu orang terkemuka di masa pra-kemerdekaan Malaya.

        Seperti dilansir SCMP, Kamis (23/1/2020), kisah Yeap ditulis dalam buku King's Chinese yang ditulis oleh cicitnya, Yeap Daryl Yeap. Dalam buku tersebut mengisahkan Yeap awalnya hanya seorang tukang cukur yang tidak punya uang. Ia bahkan buta huruf.

        "Saya pikir akan lebih masuk akal untuk menulis tentang seluruh komunitas daripada hanya satu orang, jadi buku ini tentang kisah orang-orang Selat Cina yang menggunakan kisah kakek buyut saya sebagai jembatannya," kata Yeap.

        Buku tersebut merinci kehidupan Yeap Chor Ee. Dari pernikahannya, Yeap memiliki satu istri di China untuk menjaga rumah leluhurnya. Namun ia memiliki tiga istri di Penang. Dari keempat istrinya tersebut ia memiliki 10 anak.

        Meski hanya sebagai tukang cukur, Yeap adalah orang yang gemar menabung. Dari uang tabungannya ia bisa membuka toko bernama Ban Hin Lee. Toko tersebut ia bangun bersama mitra bisnisnya Oei Tiong Ham, seorang pengusaha China terkemuka dari Indonesia.

        Tak disangka, bisnisnya berkembang pesat dan memupuk pundi kekayaan Yeap. Hingga pada tahun 1918, Yeap mulai masuk ke dunia perbankan dan mendirikan Ban Hin Lee Bank. Bank tersebut merupakan bank lokal pertama di Penang yang melayani masyarakat China. Langkah ini merupakan awal dari struktur keuangan di Malaya.

        Ban Hin Lee Bank sendiri pada tahun 2000 sudah diakuisisi oleh Southern Bank. Yakni bank yang menjadi bagian dari rencana konsolidasi perbankan yang diinisiasi pemerintah. Kemudian bank tersebut bergabung dengan beberapa bank lain untuk membentuk CIMB Group.

        Pada akhir abad ke-19, daerah Penang merupakan kota di sebuah pulau yang pertama kali dijajah oleh Kapten Francis Light untuk British East India Company.

        Para migran Tiongkok mulai berkumpul secara massal di pulau tersebut setelah Amerika Serikat menerapkan Undang-Undang Pengecualian Tiongkok pada tahun 1882.

        "Saat itu diterapkan konsep ekonomi terbuka, di mana siapa pun dapat membuka bisnis. Tidak ada mata uang standar, orang-orang berdagang dengan mata uang Meksiko, Peru, Jepang," kata cicit Yeap.

        Saat Yeap Chor Ee mendekati usia 80 tahun, seluruh asset miliknya yang terdiri dari tanah, property dan perbankan diperkirakan bernilai 100 juta dollar Malaysia atau setara dengan USD$ 463 juta, atau jika dirupiahkan mencapai Rp 6,29 triliun (kurs Rp 13.600).

        Pada tahun 1940 terdapat kebijakan kewajiban memberikan tanah yang dilakukan oleh pemerintah Inggris untuk mendanai Perang Dunia Kedua. Hal itu menyebabkan kepanikan bagi etnis China saat itu. Harta mereka menjadi rejeki nomplok bagi pemerintah kolonial.

        Sebagai tanggapan, Yeap pun mendirikan dua bangunan perwalian. Adapun satu di antaranya yakni rumah keluarga di Penang, Homestead, properti lainnya untuk amal, dan yang lainnya untuk kebutuhan anak cucunya.

        Ia juga menyumbangkan 250.000 dolar Malaysia untuk mendirikan Universitas Malaya, lembaga pendidikan tinggi pertama yang berstatus universitas di negara tersebut.

        Sementara Homestead sendiri merupakan sebutan bagi rumah besar di tepi laut di sepanjang pantai timur laut Pulau Penang. Rumah itu kini menjadi kampus Universitas Terbuka Wawasan setelah sebelumnya dipercayakan terlebih dahulu kepada sebuah yayasan pendidikan pada tahun 2006.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: