Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Lockdown Malaysia, Apa Dampak bagi Sawit Indonesia?

        Lockdown Malaysia, Apa Dampak bagi Sawit Indonesia? Kredit Foto: Antara/Budi Candra Setya
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Produsen minyak sawit terbesar kedua di dunia, Malaysia telah menghentikan aktivitas perkebunan kelapa sawit selama dua minggu ke depan. Meskipun demikian, industri kelapa sawit lokal yang memproses minyak sawit mentah menjadi produk makanan, pembersih, dan biodiesel masih diizinkan untuk beroperasi dengan pengawasan yang ketat.

        Lockdown ini dimaksudkan untuk meminimalisasi jumlah kasus infeksi Covid-19 yang melonjak drastis di Negeri Jiran tersebut.

        Dengan adanya penghentian aktivitas selama dua minggu tersebut, tandan buah segar (TBS) yang seharusnya dipanen tepat waktu menjadi busuk sehingga berdampak pada produksi dan stok minyak sawit yang semakin menipis.

        Baca Juga: Guys! Minyak Sawit Itu Unik Lho..

        Tidak hanya itu, petani selaku aktor penting dalam kegiatan budi daya kelapa sawit tersebut juga akan terancam karena berkurangnya pendapatan yang diperoleh. Apabila kondisi ini dibiarkan semakin larut, maka tidak hanya stok minyak sawit yang akan terkuras, tetapi juga permintaan ekspor yang tidak mampu terpenuhi.

        Kepala Riset bidang Agrikultur CIMB Investment Bank, Ivy Ng mengatakan bahwa produksi minyak sawit Malaysia akan berkurang sekitar 708.500 ton dan stok akan turun menjadi 1 juta ton pada akhir Maret jika perkebunan tidak diizinkan untuk beroperasi.

        Ivy juga mengatakan, "Keputusan pemerintah dapat menyebabkan lonjakan harga minyak sawit mentah mengingat pasokan yang lebih ketat daripada yang diperkirakan dan menguntungkan negara-negara penghasil minyak sawit lainnya seperti Indonesia dan Thailand."

        Dia juga memperkirakan Malaysia kehilangan penjualan CPO hingga senilai US$370 juta akibat langkah lockdown yang diterapkan pemerintah.?

        Berkaca pada kondisi tersebut, akan terbuka peluang naiknya harga CPO global yang ikut dirasakan Indonesia mengingat jumlah produksi yang berkurang dari Malaysia. Pemilik Palm Oil Analytics, Sathia Varqa memaparkan, "Meskipun demikian, kenaikan harga tersebut akan bersifat sementara karena permintaan luar negeri yang juga tertekan."

        Baca Juga: Bergerak Linear, Harga CPO dan TBS Turun. Hiks!

        Sementara itu, analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Andy Wibowo Gunawan mengatakan bahwa harga CPO diprediksi bergerak mix seiring India sebagai importir terbesar menahan pembelian CPO.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: