Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kabar Baik dari India, Negeri Bollywood Ini Bawa Rekor Tertinggi CPO di November

        Kabar Baik dari India, Negeri Bollywood Ini Bawa Rekor Tertinggi CPO di November Kredit Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Menutup November 2020, harga rata-rata bulanan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) pada CIF Rotterdam basis tercatat menguat sebesar 12,8 persen menjadi US$852,75 per MT (atau sekitar Rp12.023.775 per MT) dibandingkan periode yang sama secara m-o-m.

        Sepanjang 2020 bahkan di tengah pandemi Covid-19 yang masih masif terjadi di Indonesia, harga rata-rata CPO pada November ini tercatat paling tinggi dibandingkan sebelum pandemi sebesar US$830 per MT (atau sekitar Rp11.703.000 per MT).

        Tidak hanya itu, harga CPO harian pada periode November tersebut yang sebesar US$920 per MT (atau sekitar Rp1.297.200 per MT) tercatat paling tinggi sepanjang enam tahun terakhir.

        Baca Juga: Wah Keren! Limbah Sawit Jadi Layar Produk Elektronik

        Produksi minyak sawit Indonesia dan Malaysia yang diperkirakan menurun hingga tutup 2020 akibat dampak kekeringan panjang tahun lalu dan penggunaan pupuk yang lebih rendah menjadi sentimen terkereknya harga CPO ke level tinggi tersebut.

        Ke depannya, fenomena perubahan iklim La Nina yang melanda kawasan tropis pasifik mengakibatkan terjadinya penurunan volume panen dan mengancam rantai pasok.

        Tidak cukup sampai di situ, harga CPO juga turut menguat setelah Kementerian Keuangan India mengumumkan pemangkasan bea masuk impor minyak sawit sebesar 10 poin persentase menjadi 27,5 persen.

        Pemerintah India dikabarkan mencemaskan harga minyak nabati lokal yang terlalu tinggi. Opsi pemangkasan bea masuk ini diharapkan dapat membantu pasar untuk kembali cooling down terhadap CPO setelah pasarnya direbut minyak kedelai dan bunga matahari.

        Senada dengan hal tersebut, Presiden Indian Vegetable Oil Producers Association (VPA), Sudhakar Desai memperkirakan permintaan CPO di negaranya dapat melonjak hingga 100.000 ton per bulan melalui kebijakan tersebut. Sebab, bea impor CPO akan lebih murah ketimbang produk pesaingnya.

        "Pemangkasan ini membuat CPO lebih kompetitif. Kami cukup membayar bea masuk 7,5 persen lebih murah dibandingkan impor minyak kedelai atau biji bunga matahari," kata Desai dilansir dari Reuters.

        Sebagai informasi, tarif bea masuk untuk minyak kedelai dan biji bunga matahari di India yakni sebesar 35 persen. Penurunan tarif bea masuk dan peninggkatan permintaan India akan berdampak positif bagi Indonesia selaku produsen dan eksportir CPO terbesar di dunia.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ellisa Agri Elfadina
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: