Sektor pertanian da wisata dinilai mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat di tengah pandemi Covid-19.
Demikian diungkapkan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat, Dyah Anugrah Kuswardani dalam webinar “Membangun Strategi dan Optimisme Kebangkitan Ekonomi di Tengah Pandemi” di Bandung, Kamis (18/3/2021).
Webinar kali ini menghadirkan pembicara utama Sri Soelistyowati,Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik dan Ferry Sofwan Arif (Kepala Bappeda Provinsi Jawa Barat serta Yudi Hartanto, (Ketua DPD APRINDO Jawa Barat). Baca Juga: Dukung Pemulihan Ekonomi, Jabar Perkuat Implementasi Elektronifikasi Transaksi
Dyah menyampaikan, Pemprov Jawa Barat pun sudah menggulirkan program Petani Milenial dan pemberdayaan petani lainnya.
"Karena yang masih tumbuh positif itu salah satunya sektor pertanian," imbuhnya.
Selain itu, sektor wisata. Potensi ini bisa dilihat dari tingkat hunian hotel sejak Mei 2020 mengalami peningkatan.
"Sektor wisata juga bisa menjadi salah satu untuk tetap mempertahan pertumbuhan ekonomi kita," Namun, pada Desember 2020 dilakukan berbagai pembatasan aktivitas sosial yaitu PSBB dan PMKM sehingga tingkat hunian kamar hotel menurun kembali.
Dia juga menambahkan jika kunjungan wisatawan meningkat maka berdampak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Barat.
Sektor wisata juga bisa menjadi pendorong perekonomian. Pasalnya, setiap akhir pekan banyak wisatawan yang datang ke Jawa Barat.
"Usaha kuliner, ritel bisa hidup kembali karena banyak wisatawan," ujarnya.
Diketahui, saat Pandemi Covid-19 kondisi perekonomian Jawa Barat cukup terpuruk pada 2020 kita terkontraksi 2,4 persen meskipun lebih tinggi di banding nasional 2,07 persen.
"Tapi diamati dari pertama sampai dengan dari Triwulan I sampai dengan Triwulan IV ada trend kecenderungan perbaikan," ujarnya.
Sama dengan yang disampaikan BPS Pusat keterpurukan itu dilihat dari jumlah pengangguran yang meningkat, kemisnkinan menikah dari 7,8 persen menjadi 8,43 persen.
Selain itu, sektor perdagangan juga terpuruk karena dengan pemberlakuan mislnya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
"Untuk pengangguran naik juga dari 7,88 persen menjadi 10,44 persen. Itu dampak pandemi sehingga berpengaruh langsung terhadap roda perekonomian," ungkapnya.
Adapun, Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik, Sri Soelistyowati, menyampaikan mengenai dampak pandemi Covid-19 yang merubah tatanan kehidupan sosial maupun turunnya kinerja ekonomi di berbagai negara, tak terkecuali Indonesia. Indonesia terdampak terutama pada sektor pariwisata yang juga berpengaruh pada transportasi dan sektor lainnya secara menyeluruh.
"Pemerintah sudah mencoba mengatasi dengan menetapkan kebijakan-kebijakan dan memberikan bantuan kepada masyarakat untuk pemulihan ekonomi nasional," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua DPD Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) Jawa Barat, Yudi Hartanto menyampaikan tentang adaptasi toko ritel di masa pandemi. Beberapa strategi adaptasi yang dilakukan toko ritel antara lain dengan meningkatkan promosi, efisiensi biaya, memanfaatkan big data dan memperkuat penjualan online.
"Vaksinasi dan protokol kesehatan juga termasuk adaptasi dalam meyakinkan konsumen bahwa pelayanan toko ritel tetap aman. Konsumen yang loyal menjadi salah satu kunci untuk menjaga pertumbuhan ritel," ungkapnya.
Terakhir, Kepala Bappeda Provinsi Jawa Barat Ferry Sofwan Arif mengulas strategi pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam percepatan pemulihan ekonomi. Skenario pemulihan ekonomi mencakup penyelamatan (rescue), pemulihan ekonomi (recovery) dan penormalan (normalization).
"Berbagai program telah diluncurkan pemerintah daerah di antaranya peningkatan ketahanan pangan, daya beli, skala prioritas usaha dan perbaikan iklim usaha," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: