PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) terus berupaya mengembangkan produk bisnis sesuai dengan perkembangan industri dan kebutuhan masyarakat. Dengan demikian, diharapkan tetap bisa membukukan kinerja positif di tengah pandemi Covid-19 yang masih berkepanjangan. Hal ini juga diiringi dengan peningkatan tata kelola perusahaan yang makin baik.
Asuransi yang dimiliki oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini tengah berupaya mengembangkan produk-produk retail melalui asuransi umum hingga merambah asuransi bisnis financial technology (fintech), di samping terus menggenjot fokus utamanya di bisnis komersial dan korporasi, sehingga makin melengkapi keberagaman produk dan layanan yang diberikan.
Baca Juga: Askrindo Bantu Dorong UMKM Go Digital
"Kami terus berupaya melakukan diversifikasi produk, sesuai dengan perkembangan digital yang makin pesat dalam beberapa tahun terakhir ini," kata Kepala Divsi Pemasaran Digital Askrindo, Ardian Brahmana, dalam keterangan tertulis, Selasa (23/3/2021).
"Produk yang kami tawarkan sudah berbasis digital sehingga kami tidak perlu lagi secara langsung harus bertemu dengan mitra bisnis atau perorangan, proses underwriting hingga pengajuan klaim juga makin mudah, tanpa mengesampingkan prinsip kehati-hatian," tambah Ardian.
Sejak kuartal tiga 2020, Askrindo makin aktif menggenjot bisnis retailnya antara lain melalui asuransi kebakaran, kecelakaan hingga perjalanan, dengan total pemegang polis hingga awal Maret mencapai sekitar 21.000 polis dan nilai pertanggungan sekitar Rp24 miliar.
Layanan produk retail ini bisa langsung dibeli secara online di website Askrindo dengan proses yang mudah serta proses klaim yang tidak berbelit-belit karena telah ditopang oleh sistem teknologi yang lebih canggih.
Selain menggenjot bisnis retail, anak usaha Indonesia Financial Group ini juga mendongkrak bisnis fintech yang makin menjamur di Indonesia, baik melalui produk konvensional maupun produk produktif dan konsumptif. Fintech yang diincar oleh Askrindo tentunya yang memiliki track record baik dengan tingkat kolektibilitas tinggi, telah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan menjadi anggota Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI).
Hingga saat ini, Askrindo telah bekerja sama dengan 12 fintech besar di Indonesia dengan potensi nilai ekspansi setiap bulannya sekitar Rp10 triliun sebelum masa pandemi dan saat ini nilai ekspansinya perlahan pulih kembali ke kisaran Rp7 triliun per bulannya. Perseroan menargetkan perolehan premi untuk bisnis retail dan fintech bisa mencapai sekitar Rp20 miliar pada akhir 2021.
"Selama masa pandemi memang terjadi peningkatan rasio kredit bermasalah. Namun, kami telah melakukan mitigasi risiko bersama mitra kami untuk bisa segera menurunkan kredit yang bermasalah sehingga kami bisa tetap menopang permodalan dan usaha mereka," katanya.
Untuk menopang dan menggenjot seluruh lini bisnisnya, Askrindo dalam 3 tahun terakhir telah melakukan pengembangan teknologi informasi (IT) sehingga mampu bersaing dalam industri 4.0 saat ini, mulai dari peningkatan teknologi itu sendiri, sumber daya manusia, bisnis proses, hingga tata kelolanya. Diharapkan pada tahun ini, seluruh road map yang telah disusun sejak 2018 sepenuhnya mampu diimplementasikan mulai dari pusat, cabang, hingga kepada mitra bisnis.
Sementara itu, Kepala Divisi Pengembangan IT Askrindo Rachmad Hidayat mengatakan, pengembangan teknologi ini sangat diperlukan untuk pencatatan produksi yang tepat serta mempercepat analisa underwriting. Hal tersebut untuk meminimalisi kerugian karena potensi klaim yang lebih besar di masa mendatang bisa dimitigasi, atau dengan kata lain tingkat akurasi analisa makin tinggi dan dapat dipertanggujawabkan.
"Secara keseluruhan untuk pengembangan teknologi, perusahaan menganggarkan belanja modal sekitar Rp250 miliar," kata Rachmat, Selasa (23/3/2021).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Mochamad Rizky Fauzan
Editor: Puri Mei Setyaningrum