Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Potensi Masih Besar, Tahun 2022 Jadi Momentum Optimalisasi Perikanan Budidaya Lewat Teknologi

        Potensi Masih Besar, Tahun 2022 Jadi Momentum Optimalisasi Perikanan Budidaya Lewat Teknologi Kredit Foto: EFishery
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Potensi perikanan budidaya di Indonesia pada tahun 2022 dinilai masih sangat besar, produktivitas pun dapat digenjot dengan memanfaatkan teknologi. eFishery, perusahaan startup akuakultur mencatat sampai akhir 2021 diperkirakan jumlah pembudidaya yang telah bergabung dalam ekosistem eFishery mencapai 27.000 orang. Angka ini meningkat 1.074 persen dibandingkan jumlah pembudidaya yang menggunakan layanan eFishery di 2020.  

        “Teknologi itu membuka kolaborasi. Karena inovasi yang dihasilkan teknologi itu membuka akses kepada seluruh pelaku usahanya dan menciptakan value bersama-sama. Kalau tahun ini kami bisa merangkul 27.000 pembudidaya, tahun depan kami bidik 200.000 pembudidaya yang tersebar di 250 kabupaten/kota bisa bergabung dalam ekosistem kami,” kata Gibran Huzaifah selaku CEO dan Co-founder eFishery, dalam acara Indonesia Aquaculture Outlook 2022 yang menghadirkan sejumlah narasumber yang juga pakar perikanan di Indonesia pada Kamis, 16 Desember 2021. 

        Dengan semakin bertambahnya jumlah pembudidaya ikan dan udang yang menggunakan teknologi eFishery, Gibran menyebut perputaran ekonomi di sektor perikanan budidaya maupun industri pendukungnya semakin meningkat. 

        Baca Juga: Lewat Fishtival, eFishery Ajak Masyarakat Makan Ikan di Hari Ikan Nasional

        Sebut saja jumlah pakan ikan yang didistribusikan eFishery kepada pembudidaya melalui fitur KABAYAN alias Kasih, Bayar Nanti. Fitur ini diberikan kepada para pembudidaya berbentuk modal pakan, yang dapat dibayarkan oleh pembudidaya setelah menikmati hasil panen. Fitur KABAYAN ini juga menggandeng sejumlah financial institute untuk memberikan pinjaman modal kepada pembudidaya.

        Sejak Kabayan pertama kali diperkenalkan pada 2020 lalu, Gibran mencatat jumlah petani yang memanfaatkan kemudahan dalam membeli pakan tersebut mencapai 6.000 orang dengan total jumlah pakan yang disalurkan mencapai 25.000 ton atau setara Rp 400 miliar. 

        “Tahun depan, kami targetkan jumlah pembudidaya yang memanfaatkan Kabayan sebanyak 30.000 orang, dengan total pembiayaan mencapai Rp 1,3 triliun dan jumlah pakan yang disalurkan sebanyak 100.000 ton,” ujarnya. 

        Kemudahan yang dirasakan petani dalam mendapatkan pakan tentu berimbas kepada jumlah ikan yang berhasil dipanen dan dijual dengan memanfaatkan fitur marketplace perikanan eFresh dari eFishery. Tahun ini menurut eFishery, lebih dari 13.000 ton ikan hasil panen pembudidaya telah didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. eFishery mencatatkan total transaksi sebesar Rp 420 Miliar dari distribusi ikan dalam negeri dan ekspor udang di tahun 2021 ini.

        Berbekal sejumlah pencapaian tersebut, tidak heran jika sepanjang 2021 pendapatan eFishery tumbuh 140 persen dibandingkan tahun lalu. Selain KABAYAN dan eFresh, pendapatan perusahaan juga ditopang oleh sejumlah pengembangan inovasi dan teknologi melalui fitur eFeeder, eFarm, eFisheryKu, dan juga eMall. 

        Baca Juga: eFishery Buat Pembudidaya Milenial Asal Cirebon Raup Untung Hingga Tiga Kali Lipat

        Pencapaian yang didapatkan eFishery menurut Gibran berasal dari pemanfaatan teknologi yang selain ditujukan untuk peningkatan produktivitas di sektor akuakultur, juga diharapkan bisa meningkatkan kualitas hidup dan usaha para pembudidaya ikan dan udang di Indonesia. 

        “Ekosistem digital sudah lebih besar sekarang dan penetrasinya sudah masuk ke pelosok dan membuka akses layanan finansial, ecommerce maupun layanan perikanan seperti eFishery. Mayoritas pembudidaya yang kami survey mengaku tidak kesulitan dan merasa perlu memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan hasil produksinya,” imbuhnya. 

        Ia menambahkan, eFishery berkomitmen untuk terus memberikan dukungan yang lebih besar lagi untuk pertumbuhan industri akuakultur di Indonesia. “Dengan harapan untuk kedepannya bersama eFishery, kita bisa ciptakan pangan Indonesia yang berkelanjutan,” pungkas Gibran. 

        Potensi Perikanan Budidaya Indonesia 

        Kiprah eFishery dalam membantu para pembudidaya ikan dan udang di Indonesia mendapat acungan jempol dari Rokhmin Dahuri MS. Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) ini menuturkan, produksi perikanan budidaya Indonesia saat ini nomor dua terbesar di dunia. 

        “Tahun 2019, Tiongkok itu produksi ikan budidayanya 68,42 juta ton per tahun. Sementara Indonesia di posisi kedua dengan 15,89 juta ton. Padahal panjang garis pantai Tiongkok yang bisa dimanfaatkan untuk budidaya hanya 14.500 km, sementara Indonesia punya 99.083 km,” kata Rokhmin. 

        Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan tersebut menilai, untuk bisa meningkatkan produksi perikanan nasional, dibutuhkan inovasi teknologi seperti yang dilakukan eFishery. 

        “Untuk bisa mencapai target produksi 2 juta ton pada 2024 itu sebenarnya memungkinkan karena Indonesia punya potensinya terbesar di dunia. Oleh karena itu perlu anak-anak muda untuk bisa menggenjot ini,” ujarnya. 

        Baca Juga: Jaga Ketahanan Pangan Indonesia, Pembudidaya Ikan dan eFishery Terus Tumbuh Bersama

        Hal senada disampaikan Ujang Komarudin, Direktur Pakan dan Obat Ikan Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia. Menurutnya tren produksi perikanan di Indonesia sudah bergeser dari perikanan tangkap ke perikanan budidaya. Ujang mencatat pada 2020 lalu, para pembudidaya ikan dan udang di Indonesia sudah mampu memproduksi 15,45 juta ton, sementara hasil tangkapan nelayan di laut hanya sebesar 7,7 juta ton. 

        “Perikanan budidaya itu diperkirakan bisa menyumbang 16% dari US$ 1,33 triliun nilai potensi keekonomian bidang kelautan Indonesia. Jadi kalau kita fokus mengembangkan perikanan budidaya, sama saja dengan membangunkan raksasa yang sedang tidur. Sangat luar biasa,” kata Ujang. 

        Ia menambahkan, Kementerian Kelautan dan Perikanan sendiri telah menyusun program dalam mengoptimalkan budidaya perikanan nasional. Salah satunya adalah dengan menerapkan konsep ekonomi biru. 

        “Ada keseimbangan dalam menjalankan prinsip ekonomi dengan ekologi. Sehingga tetap produktif namun berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Jangan sampai terjadi over eksploitasi. Untuk meningkatkan produktivitas dibutuhkan inovasi teknologi yang cerdas, modernisasi, serta digitalisasi dalam sistem produksi dan rantai pasok perikanan budidaya,” pungkas Ujang.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Annisa Nurfitri
        Editor: Annisa Nurfitri

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: