Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        CIPS: Pemerintah Perlu Benahi Rantai Distribusi dan Logistik Daging Sapi Nasional

        CIPS: Pemerintah Perlu Benahi Rantai Distribusi dan Logistik Daging Sapi Nasional Kredit Foto: Antara/Novrian Arbi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pemerintah perlu fokus membenahi rantai distribusi dan logistik daging sapi nasional. Tingginya harga daging sapi perlu diatasi dengan melihat ke persoalan di hulu, salah satunya adalah rantai distribusi yang panjang. Panjangnya rantai distribusi menimbulkan biaya tambahan yang tidak sedikit yang pada akhirnya memengaruhi harga jual.

        “Rantai distribusi daging sapi yang panjang menimbulkan biaya tambahan yang cukup tinggi sehingga kenaikan di harga logistik dan transportasi akan berdampak signifikan pada kenaikan harga modal produksi daging sapi di tingkat produsen,” jelas Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Nisrina Nafisah.

        Baca Juga: Dukung Penguatan Perlindungan Konsumen, CIPS Dukung Revisi UU PK

        Nisrina menjelaskan, pemerintah memilih mengimpor sapi bakalan yang harus digemukkan lagi dan dipotong di Indonesia. Setelah itu, daging sapi yang dihasilkan dapat dijual langsung ke pedagang grosir berskala besar di pasar atau melalui tengkulak yang membantu Rumah Potong Hewan (RPH) untuk mendapatkan pembeli.

        Tahapan selanjutnya adalah menjual daging sapi ke pedagang grosir berskala kecil. Merekalah yang menjual daging sapi ke pedagang eceran di pasar tradisional atau supermarket, sebelum akhirnya sampai di tangan konsumen. Proses panjang ini tentu menimbulkan biaya tambahan yang tidak sedikit.

        “Secara umum, tingginya harga daging sapi di Indonesia juga disebabkan oleh tingginya harga logistik, terutama biaya penyimpanan dalam cold storage (Sulistyono, 2022). Biaya logistik selama pandemi COVID-19 mengalami kenaikan,” tambahnya.

        Naiknya harga sapi bakalan juga sejalan dengan penambahan harga modal penjualan yang harus dikeluarkan produsen dan pedagang pasaran daging sapi meningkat. Oleh karena itu, tingginya ongkos produksi dapat menyebabkan kerugian pada produsen dan penjual daging sapi.

        Nisrina menambahkan, fluktuasi harga pangan tentunya merupakan hal yang biasa karena perdagangan pangan tidak lepas dari dinamika pasar berdasarkan produksi, distribusi, dan permintaan. Menjelang Bulan Ramadan dan Idul Fitri, jumlah permintaan biasanya akan meningkat dan hal ini perlu diikuti dengan kecukupan pasok sebagai bentuk antisipasi.

        Nisrina meminta pemerintah memastikan ketersediaan daging sapi untuk konsumsi domestik cukup untuk sepanjang tahun 2022. Produksi domestik bisa ditingkatkan dengan mengembangkan sistem produksi daging sapi agar dapat mencapai produktivitas yang optimal guna mengantisipasi lonjakan harga di pasar internasional.

        Salah satunya dengan memodernisasi sektor peternakan Indonesia dan meningkatkan kapasitas peternak lokal. Indonesia juga dapat membuka diri terhadap investasi untuk memajukan sektor peternakan.

        “Kedepannya, Indonesia dapat memperkuat kerja sama perdagangan dengan negara produsen utama daging sapi selain Australia untuk mendiversifikasi sumber pangan dan memperkuat resiliensi sistem pangan Indonesia,” tandasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Alfi Dinilhaq

        Bagikan Artikel: