Capai Inflasi Tertinggi Dalam Lima Tahun Terakhir, Akankan Indonesia Kembali Alami Resesi?
Bloomberg mengeluarkan 15 daftar negara yang berpotensi mengalami resesi ekonomi dan Indonesia berada pada urutan ke 14. Namun, Menurut Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Hasran, kemungkinannya sangat kecil karena saat ini Indoensia terus menjaga momentum pemulihan ekonominya pasca Covid-19 dengan berbagai instrumen kebijakan yang relatif aman.
"Perlu untuk kita ketahui inflasi di negara-negara maju dan negara berkembang saat ini tidak semata-mata disebabkan oleh disrupsi global saja. Sebagian besar disebabkan oleh kebijakan internal negara masing-masing," katanya saat dihubungi Warta Ekonomi, Sabtu (16/7/2022).
Ia menjelaskan inflasi global sudah dimulai sejak masa pandemi covid-19 ketika pemerintah di masing-masing negara mulai menyuntikkan paket stimulus ke dalam ekonominya. Menurut Hasran, permintaan menjadi naik namun dari sisi supply chain masih terganggu sehingga harga komoditas menjadi tinggi.
Kondisi ini diperparah dengan adanya perang Rusia-Ukraina karena Rusia adalah salah satu negara eksporter minyak terbesar di dunia dan Ukraina adalah salah satu negara pengekspor gandum dan minya biji matahari.
"Negara-negara eropa dan US sangat terdampak dengan kenaikan harga pangan dan energi ini sehingga tidak heran inflasi di sana begitu tinggi," katanya.
Menurutnya kasus di Indoensia terbilang berbeda. Walaupun harga minyak dunia meningkat namun pemerintah masih belum menaikkan harga BBM bersubsidi, begitu juga dengan pangan.
"Walaupun kita merupakan pengimpor gandum namun dampaknya tidak secara langsung terasa pada harga-harga komoditas yang menggunakan bahan baku gandum seperti Mie instan dan roti," ujarnya.
Untuk diketahui, per Juni 2022, Inflasi Indoensia menyentuh angka 4,35% dan merupakan yang tertinggi dalam 5 tahun terakhir. Namun, menurut Hasran penyebabnya justru bukan karena faktor global tapi lebih pada ketersediaan pangan dalam negeri terutama cabai, telur dan bawang merah.
"Selagi pemerintah menjaga pasokan pangan dan belum menaikkan harga BBM bersubsidi maka inflasi Indoensia masih akan cenderung aman," imbuhnya.
Baca Juga: Berpotensi Alami Resesi, Indonesia Harus Lakukan Mitigasi Risiko
Di sisi lain Hasran menyarankan agar pemerintah mengantisipasi adanya arus modal keluar dari Indoensia. Ia mengatakan saat ini the Fed sedang menaikkan suku bunga acuannya, dan kebijakan ini akan melemahkan mata uang rupiah saat terjadinya impor.
"Karena saat ini 60% bahan baku industri kita berasal dari impor," ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Boyke P. Siregar
Tag Terkait: