Founder Brodo Yukka Harlanda: Bukan Kita yang Memilih Passion, Tapi Passion yang Memilih Kita
CEO Brodo Yukka Harlanda mengungkap alasan mengapa ia memilih bisnis sepatu dibandingkan dengan bisnis lainnya.
"Pada dasarnya bukan kita yang memilih passion, tetapi passion yang memilih kita," ujar Yukka.
Meski awalnya Yukka berkata bahwa passion-lah yang memilih kita, namun sejak kecil Yukka memang suka olahraga dan suka dengan brand sepatu terkenal, Nike.
Awalnya, Brodo tercipta lewat ukuran kaki Yukka yang besar yakni ukuran 46. Yukka pun akhirnya membuat sepatu pantofel sendiri di Cibaduyut. Namun, karena tidak bisa hanya membuat satu sepatu, Yukka akhirnya membeli tiga lusin sekaligus untuk kemudian ia jual. Secara mengejutkan, sepatu yang dijual Yukka laku. Bersama partnernya, mereka pun kemudian menjalani Brodo sejak kuliah semester tiga.
Setelah lulus kuliah, Yukka yang sempat ingin bekerja di perusahaan oil and gas akhirnya mencoba peruntungan untuk serius membesarkan Brodo bersama partnernya. Tak dianya, bisnis Brodo malah laku keras dan untung besar.
Yukka mendirikan Brodo tanpa business plan dan strategi, ia hanya mengikuti insting dan melihat peluang pasar saat itu.
Dalam video YouTube bertajuk "#05 Marketing & Branding with Yukka Harlanda of Brodo" Yukka mengatakan bahwa marketing dan branding harus berjalan beriringan, tidak bisa hanya salah satu saja. Branding bekerja untuk waktu yang lama, sementara marketing hanya sebentar saja untuk menarik pelanggan.
Sebagai pengusaha consumer goods, branding harus menjadi fokus dan menjadi pilar perusahaan. Karena semua orang bisa bikin produk, tetapi tak semua orang bisa membuat brand. Brodo sengaja dibuat khusus untuk brand laki-laki yang gentleman dan jantan.
Dahulu, Yukka saat pertama kali launching Brodo di pameran setelah dua bulan persiapan. Saat itu, Brodo langsung membuat akun Facebook Page, namun hanya sedikit yang nge-like. Tetapi Yukka tak peduli, ia tetap semangat menjual sepatu Brodo karena ia yakin dengan produk yang ia buat, ia yakin Brodo memiliki kualitas standar internasional. Itulah mengapa Yukka sudah merasa puas meski hanya saat melihat sepatu Brodo selesai diproduksi.
Saat ini, strategi marketing yang dilakukan Brodo adalah dengan push notif di pukul 10-12 siang. Sementara untuk meningkatkan branding, Yukka dan timnya akan berdiskusi; dalam keseharian customer, Brodo bisa 'menemani' dalam segmen apa? Oleh karena itu Yukka membuat Spotify Playlist Brodo.
Sebelum Brodo sukses seperti sekarang, Yukka menjual Brodo di kos-kosan sempit. Bahkan orang-orang tak tahu wujud sepatu Brodo. Namun, Yukka memperbolehkan customer untuk melihat sepatu Brodo di kos-kosan.
Yukka mengatakan ia tak ingin Brodo dikenal sebagai sepatu 'old school', oleh karena itu ia mulai melebarkan pasar dengan menargetkan anak kuliahan.
Untuk teman-teman yang sedang berbisnis, Yukka berpendapat bahwa bisnis yang memiliki komunitas kuat dapat memberikan impact yang besar, seperti Apple dan Microsoft. Marketing yang dibangun secara organik, meski sulit dan panjang, namun komunitasnya terbentuk secara sehat. Kemudian, dalam menunjuk influencer, Yukka mengatakan ia ingin influencer tersebut benar-benar mempresentasikan Brodo, seperti mendiang Glenn Fredly, Bambang Pamungkas, dan lain sebagainya.
Saat pandemi menyerang, Yukka mengatakan hal pertama yang ia lakukan adalah dengan mengubah campaign perusahaan. Pemotongan biaya pun dilakukan demi mempertahankan perusahaan, mulai dari marketing, biaya makan siang, ongkos, dan lain sebagainya. Di tengah pandemi ini, Yukka mengatakan bisa bertahan saja sudah menang, jadi tak perlu memusingkan pertumbuhan perusahaan. Yang terpenting adalah perusahaan memiliki uang kas, dan pengeluaran tidak lebih dari pendapatan.
Yukka juga menyemangati banyaknya bisnis yang tutup karena pandemi. Meski demikian, kewajiban membayar pesangon hingga utang vendor harus tetap dibayar karena reputasi lebih mahal harganya dari kerugian itu sendiri.
Kesehatan mental harus dijaga di atas yang lainnya. Yukka mengatakan support system perlu dibangun dari pasangan, keluarga, bahkan sesama pengusaha.
"Biar enggak gila sendirian," ujar Yukka bercanda. "Karena untuk hal teknis masih bisa Google aja, tapi mental health harus dijaga."
Yukka mengaku beruntung karena masih memiliki investor. Ia percaya Brodo akan menjado No. 1 setelah pandemi berlalu. Ia juga memiliki mimpi untuk mewariskan Brodo kepada anak-cucunya sebagai sesuatu yang positif, terlebih Brodo sudah didesain dengan teknologi yang ramah lingkungan.
Terakhir, Yukka mengatakan jika ingin membangun perusahaan yang cepat bertumbuh, maka startup adalah tempatnya. Namun, jika ingin bersabar membangun bisnis yang menghadirkan banyak warna terhadap banyak orang, maka bisnis retail dan consumer goods lah tempatnya. Tetapi, bisnis ini cukup panjang dan lama perjalanannya. So, be wise untuk memilih passion mana yang akan dijalani!
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajria Anindya Utami
Editor: Fajria Anindya Utami
Tag Terkait: