Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        AS masih Terancam Bangkrut karena Utang, Praktisi Pasar Saham: Kita Harus Selalu Siapkan Uang Tunai

        AS masih Terancam Bangkrut karena Utang, Praktisi Pasar Saham: Kita Harus Selalu Siapkan Uang Tunai Kredit Foto: Antara/Aprillio Akbar
        Warta Ekonomi, Depok -

        Usai mengalami kebuntuan negosiasi, pemerintah Amerika Serikat melalui Presiden Joe Biden dan Ketua DPR Kevin McCarthy pada Minggu (28/05/23) lalu menyepakati untuk menaikkan plafon utang pemerintah federal menjadi 31,4 dolar AS triliun untuk menghindari gagal bayar (default) utang.

        Meski begitu, kesepakatan tersebut harus melewati Kongres AS sebelum 5 Juni 2023. Namun, sebagian anggota parlemen yang saat ini dipimpin oleh Partai Republik menolak kesepakatan tersebut.

        Menyoroti hal tersebut, pendiri sekaligus CEO Emtrade Ellen May menjelaskan bahwa Indonesia memang secara langsung tidak terdampak oleh situasi perekonomian Amerika Serikat yang saat ini sedang lesu. Namun, menurutnya, respons berlebihan dari masyarakat sejak akhir 2022 soal resesi global telah menyebabkan orang-orang enggan untuk berinvestasi.

        Baca Juga: AS Masih dalam Ancaman Gagal Bayar Utang, Praktisi Pasar Modal: Indonesia Enggak Terpengaruh

        “Hanya saja jika beritanya terus digembar-gemborkan dan ada peringatan seperti yang waktu itu Pak Jokowi di Oktober 2022 dan Ibu Sri Mulyani di Oktober 2022 sempat mengatakan potensi resesi global dan sebagainya, terus diviralkan lagi sama influencer sampai jutaan orang menonton,” kata Ellen, dikutip dari kanal Youtube Ellen May pada Rabu (31/5/2023).

        “Iya orang-orang jadi ketakutan. Kalau saya perhatikan, ada yang jadi lebih takut dalam berbisnis lebih takut berinvestasi uang itu jadi enggak mutar dan bisa jadi self-fulfilling prophecy, dan itu di luar kendali kita jadi kita,” sambungnya.

        Sementara itu, ia menyarankan kepada investor pasar modal untuk terus menyiapkan uang tunai (cash), baik pada saat kondisi pasar saham sedang naik atau turun.

        “Sebagai seorang trader dan juga sebagai seorang investor, kita harus selalu prepare cash, jangan cuma ketika market lagi naik atau ketika market turun. Jadi ketika market naik, banyak orang berpikir, ‘wah aku harus beli, beli, beli terus’. Padahal menurut Buffet, untuk dia personal dan juga untuk Berkshire Hathaway, selalu prepare cash dalam kondisi pasar apa pun,” sarannya.

        Ia menyatakan bahwa setiap investor harus memiliki pola pikir (mindset) yang matang dalam menyikapi tren pasar modal yang sedang fluktuatif.

        “Solusinya sekali lagi kembali ke mindset, seberapa kita bisa mencukupkan diri kita, sebagaimana kita memandang investasi saham ini sebagai pelengkap saja supaya nilai aset kita itu terlindung dari inflasi dan bahkan bisa bertumbuh pelan-pelan, bukan sebagai satu mesin uang untuk menghasilkan jackpot,” jelas Ellen.

        Dengan demikian, apabila sudah menyiapkan uang tunai, maka investor maupun praktisi saham tidak perlu terlalu khawatir dengan situasi pasar modal yang saat ini sedang lesu.

        “Dengan kita sadar seperti ini, kita enggak akan ketakutan apabila mau Amerika jungkir balik. Enggak ketakutan karena prinsip selalu prepare cash itu jadi masuk akal. Kalau misalkan kita buru-buru pengen cepat kaya, maka prinsip prepare cash yang tadi diajarkan oleh Warren Buffet itu enggak masuk akal,” tukasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Novri Ramadhan Rambe
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: