- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Emiten Sampoerna 101: Laporan Keuangan, Rasio Keuangan, dan Aksi Korporasi
Baru-baru ini, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) tengah bergembira. Hal itu disebabkan oleh masuknya perusahaan tersebut ke daftar "100 Perusahaan Terbesar di Indonesia" menurut Fortune Indonesia. Prestasi yang ditorehkan oleh Sampoerna tidak dapat dilepaskan dari portofolio merek Sampoerna yang mantap, jangkauan pasar yang luas, dan organisasi yang kuat.
Untuk mengetahui informasi selengkapnya mengenai Sampoerna, termasuk sejarah singkat, laporan keuangan, rasio keuangan, profil manajemen, dan aksi korporasi, silakan simak artikel berikut ini!
Baca Juga: Emiten Adi Sarana Permada 101: Laporan Keuangan, Rasio Keuangan, dan Aksi Korporasi
Sepenggal Kisah Sampoerna
Sebelum sebesar sekarang, Sampoerna adalah sebuah usaha rumahan yang ditekuni oleh Liem Seeng Tee sejak tahun 1913. Laki-laki tersebut membuat dan memasarkan Sigaret Kretek Tangan (SKT) dengan merek Dji Sam Soe. Setelah terus-menerus mengalami perkembangan, akhirnya Sampoerna berubah menjadi perusahaan publik pada tahun 1990 dan resmi melantai di bursa pada tanggal 15 Agustus.
Selama lebih dari satu dekade, perusahaan tersebut berhasil memimpin pasar rokok Indonesia dengan pangsa pasar sebesar 28% per tahun 2022. Dominasi pasar itu bisa terwujud berkat sejumlah merek rokok kretek yang dikenal luas oleh masyarakat, seperti Dji Sam Soe Magnum dan Sampoerna Kretek.
Perlu diketahui pula bahwa Sampoerna telah menjadi anak perusahaan PT Philip Morris Indonesia dan memiliki afiliasi dengan Philip Morris International Inc. sejak tahun 2005. Perusahaan internasional tersebut merupakan produsen rokok dengan merek global, yaitu Marlboro. Berkat kerja sama itu, Sampoerna memperoleh hak untuk memproduksi, memperdagangkan, dan mendistribusikan rokok Marlboro di Indonesia.
Baca Juga: Emiten Bayan Resources 101: Performa Perusahaan, Kinerja Keuangan, dan Aksi Korporasi
Laporan Keuangan Sampoerna per Juni 2023
Pada semester pertama tahun 2023, Sampoerna dilaporkan berhasil mendulang laba sebesar Rp3,75 triliun. Apabila dibandingkan dengan perolehan keuntungan pada periode yang sama di tahun sebelumnya yang berada di angka Rp3,04 triliun, terlihat ada peningkatan sebesar 23,03%.
Kenaikan itu ditopang oleh menanjaknya nominal pendapatan sebesar 4,95% menjadi Rp56,15 triliun. Sampoerna mendapatkan banyak pemasukan dari segmen sigaret kretek mesin dan sigaret kretek tangan yang masing-masing menyumbangkan Rp35,33 triliun dan Rp15,39 triliun.
Sepanjang enam bulan pertama tahun 2023, beban pokok pendapatan yang harus ditanggung perusahaan mencapai Rp46,91 triliun. Nominal tersebut menunjukkan adanya peningkatan sebesar 2,94%.
Sebagai informasi tambahan, per Juni 2023, kepemilikan aset Sampoerna berada di angka Rp48,55 triliun. Adapun liabilitas dan ekuitas perusahaan masing-masing berada di abgka Rp25,52 triliun dan Rp23,03 triliun.
Baca Juga: Emiten Golden Energy Mines 101: Kinerja Keuangan, Rasio Keuangan, dan Aksi Korporasi
Rasio Keuangan Sampoerna
Merujuk pada laporan keuangan pada semester pertama tahun 2023, dilaporkan bahwa Gross Profit Margin (GPM) Sampoerna berada di angka 16,45%. Sebagai catatan, GPM rata-rata industri berada di angka 30%. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa rasio margin kotor perusahaan satu ini masih perlu dimaksimalkan lagi.
Rasio keuangan lain yang bisa dipakai untuk melihat kinerja Sampoerna adalah Return on Asset (ROA). Jika dikalkulasikan, pada paruh pertama 2023, ROA perusahaan rokok itu berada di level 7,72%. Dengan persentase tersebut, perusahaan itu tergolong sudah mampu mengelola aset terhadap laba dengan cukup baik.
Rasio keuangan selanjutnya yang akan dijadikan tolok ukur adalah Debt to Equity Ratio (DER). Setelah dikalkulasikan, diketahui bahwa DER perusahaan berada di posisi 110,81% yang termasuk kategori kurang memuaskan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Sampoerna masih harus memperbaiki kinerja keuangannya demi rasio keuangan yang lebih sehat.
Baca Juga: Emiten Semen Indonesia 101: Performa Perusahaan, Rasio Keuangan, dan Aksi Korporasi
Profil Manajemen Sampoerna
Kursi pimpinan tertinggi perusahaan rokok terbesar di Indonesia diduduki oleh Vassilis Gkatzelis. Sebelum resmi menjabat sebagai Direktur Utama Sampoerna sesuai keputusan pada penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) tahun 2022, laki-laki berkebangsaan Yunani itu pernah berprofesi sebagai Director Sales Strategy for Asia dan EU Regions Kantor Pusat Operasional Global PMI di Swiss dan Managing Director Philip Morris Mesir dan Levant Cluster.
Dalam memangku tanggung jawabnya, Vassilis tentunya tidak sendiri. Ia banyak memperoleh bantuan dari direktur lainnya, seperti Ivan Cahyadi, Francisca Rahardja, Elvira Lianita, Sharmen Karthigasu, Dina Lombardi, dan Sergio Colarusso.
Selain jajaran direksi, untuk memastikan perusahaan tetap berjalan sesuai nilai yang dianut dan ketentuan yang berlaku, Sampoerna merekrut dewan komisaris yang sudah berpengalaman di bidangnya. Sejak tahun 2012, jabatan Komisaris Utama Sampoerna diampu oleh John Gledhill, laki-laki berkebangsaan Australia yang pernah menjabat sebagai Market and Area Manager (Timur Tengah) di Philip Morris International.
Sementara itu, pada periode ini, kursi Wakil Komisaris Utama Sampoerna diduduki oleh Paul Norman Janelle, seorang dengan kewarganegaraan Kanada yang pernah mengabdi pula di Philip Morris. Dewan Komisaris Sampoerna lainnya terdiri atas komisaris independen, yakni Justin Guy Mayall dan Luthfi Mardiansyah.
Baca Juga: Emiten Adaro Energy 101: Kinerja Perusahaan, Rasio Keuangan, dan Aksi Korporasi
Aksi Korporasi Sampoerna
Salah satu aksi korporasi yang baru-baru ini diadakan oleh Sampoerna adalah pembagian dividen. Berdasarkan keterbukaan informasi yang dirilis beberapa waktu lalu, dikabarkan bahwa perusahaan rokok itu menyiapkan amunisi sebesar Rp6,36 triliun atau setara dengan Rp54,7 per lembar. Para pemegang saham yang berhak sudah menerima bagiannya pada 27 Juni 2023 lalu.
Beberapa tahun sebelumnya, tepatnya pada 2016 silam, Sampoerna menggelar stock split dengan rasio 1:25. Aksi korporasi ini dilakukan agar harga saham bisa lebih terjangkau sehingga bisa menarik minat investor ritel secara lebih luas. Rupanya, hal ini mendapat apresiasi luar biasa dari komunitas pasar keuangan di Asia Pasifik.
Aksi korporasi Sampoerna lainnya adalah penyelenggaraan rights issue pada tahun 2015. Mengutip dari laman resminya, dilaporkan bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk memenuhi syarat bagi perusahaan publik, yakni 7,5% dari modal disetor harus dimiliki oleh pemegang saham bukan pengendali dan bukan pemegang saham utama.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Yohanna Valerie Immanuella
Editor: Yohanna Valerie Immanuella