Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Emiten Adaro Energy 101: Kinerja Perusahaan, Rasio Keuangan, dan Aksi Korporasi

Emiten Adaro Energy 101: Kinerja Perusahaan, Rasio Keuangan, dan Aksi Korporasi Kredit Foto: Adaro.
Warta Ekonomi, Jakarta -

Secara garis besar, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) adalah perusahaan pertambangan batu bara yang dikepalai oleh Garibaldi Thohir, adik dari Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Republik Indonesia, Erick Thohir. Setelah menjalankan bisnis selama beberapa dekade, Adaro Energy Indonesia berhasil memasuki jajaran perusahaan batu bara terbesar di dunia. 

Untuk mengetahui seluk-beluk perusahaan, termasuk sejarah, performa perusahaan, rasio keuangan, profil manajemen, dan aksi korporasi Adaro Energy Indonesia, simak informasi selengkapnya di artikel berikut ini!

Baca Juga: Emiten Wijaya Karya 101: Kinerja Perusahaan, Rasio Keuangan, hingga Aksi Korporasi

Awal Mula Adaro Energy Indonesia Berdiri

PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) memulai bisnisnya sejak tahun 1970-an. Mengutip dari situs webnya, diketahui bahwa perusahaan yang resmi melantai di bursa per tanggal 16 Juli 2008 itu mulai bergerak ketika pemerintah mulai menetapkan kebijakan perihal penggunaan batu bara sebagai bahan bakar dalam negeri.

Pada waktu itu, Departemen Pertambangan Republik Indonesia membagi wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan menjadi delapan blok batu bara serta membuka tender bagi perusahaan yang bersedia melakukan eksplorasi.

Karena lokasi yang terlalu jauh dan kualitas batu bara yang dinilai terlalu rendah, tidak ada perusahaan lain yang menawarkan diri selain perusahaan pemerintah Spanyol yang bergerak di bidang pertambangan bernama Enadimsa.

Bersama Adaro Energy, keduanya terlibat Perjanjian Kerja Sama Batubara Adaro Indonesia (CCA) yang ditandatangani pada 2 November 1982. Berkat perjanjian itu, Enadimsa boleh mengeksplorasi wilayah perjanjian selama enam tahun, dari 1983–1989.

Setelah melalui rangkaian proses, termasuk pembelian 80% saham Adaro Energy yang dimiliki oleh Enadimsa melalui konsorsium perusahaan Australia dan Indonesia dan pergantian nama dari Adaro Energy menjadi Adaro Energy Indonesia, perusahaan tersebut berhasil melahirkan beberapa anak perusahaan yang bergerak di berbagai sektor, seperti pertambangan, perdagangan, dan logistik batu bara; jasa kontraktor penambangan, kegiatan pembangkit tenaga listrik, dan lain-lain. 

Baca Juga: Emiten GoTo 101: Kinerja Perusahaan, Rasio Keuangan, hingga Aksi Korporasi

Performa Perusahaan pada Kuartal Pertama dan Semester Pertama 2023

Sebagai informasi, sampai saat artikel ini ditulis, Adaro Energy Indonesia belum merilis laporan keuangan perusahaan untuk periode semester pertama tahun 2023. Akan tetapi, berdasarkan keterbukaan informasi yang baru dirilis beberapa saat lalu, dikabarkan bahwa volume produksi komoditas perusahaan naik 19% menjadi 33,41 juta ton pada paruh pertama 2023.

Selain itu, volume penjualan pada periode ini juga berhasil melompat 19% ke angka 32,62 juta ton. Tak hanya itu, penjualan batu bara metalurgi melalui salah satu anak perusahaannya, yaitu PT Adaro Minerals Tbk (ADMR), meroket 42% menjadi 1,82 juta ton. Dengan adanya pencapaian yang demikian bagus, baik Adaro Energy maupun Adaro Minerals sama-sama optimistis dapat mencapai target yang telah ditetapkan.

Perihal kinerja keuangan, pada kuartal pertama tahun 2023, perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan itu berhasil membukukan kenaikan keuntungan hingga US$458,04 juta atau setara dengan Rp7,02 triliun (asumsi kurs sebesar Rp15.329 per dolar AS). Apabila dibandingkan dengan laba pada kuartal pertama tahun 2022, terlihat ada lompatan sebesar 14,5%.

Hal tersebut sejalan dengan perolehan pendapatan usaha sepanjang tiga bulan pertama tahun 2023. Mengutip dari laporan keuangan perusahaan, dilaporkan bahwa Adaro Energy Indonesia berhasil mencetak pendapatan sebesar US$1,83 miliar atau setara dengan Rp28,12 triliun. Nominal tersebut menunjukkan adanya peningkatan sebesar 50,16% jika dibandingkan dengan perolehan pada periode yang sama di tahun sebelumnya.

Tak hanya laba dan pendapatan, beban pokok pendapatan yang harus ditanggung oleh perusahaan tentunya ikut melambung. Merujuk dari sumber yang sama, per Maret 2023 lalu, dikabarkan bahwa perusahaan tersebut harus menggelontorkan US$1,07 miliar alias 72,82% lebih rendah dari periode Maret 2022.

Jumlah aset yang dimiliki oleh Adaro Energy Indonesia berada di angka US$9,82 miliar yang terdiri atas aset lancar senilai US$4,29 miliar dan aset tidak lancar senilai US$5,53 triliun. Adapun liabilitas dan ekuitas perusahaan masing-masing berada di angka US$2,77 miliar dan US$7,05 triliun. 

Baca Juga: Emiten Vale Indonesia 101: Performa Perusahaan, Rasio Keuangan, hingga Aksi Korporasi

Rasio Keuangan Adaro Energy Indonesia

Mengacu pada laporan keuangan pada kuartal pertama tahun 2023, diketahui bahwa Gross Profit Margin (GPM) Adaro Energy Indonesia berada di angka 41,50%. Perlu diketahui bahwa GPM rata-rata industri berada di angka 30%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa rasio margin kotor perusahaan satu ini tergolong baik.

Rasio keuangan lain yang akan dipakai untuk melihat performa Adaro Energy Indonesia adalah Return on Asset (ROA). Jika dikalkulasikan, sepanjang tiga bulan pertama tahun 2023, ROA perusahaan batu bara itu berada di level 18,71%. Dengan persentase tersebut, perusahaan tersebut tergolong sudah mampu mengelola aset terhadap laba dengan sangat baik.

Rasio keuangan terakhir yang akan dijadikan tolok ukur adalah Debt to Equity Ratio (DER) dan Current Ratio (CR). Setelah dikalkulasikan, dilaporkan bahwa DER perusahaan berada di level 39,37% yang termasuk kategori baik; sedangkan CR Adaro Energy Indonesia berada di posisi 427,29% yang termasuk kategori terlalu tinggi.

Baca Juga: Emiten Elnusa 101: Mengupas Kinerja Keuangan Sampai Aksi Korporasi

Profil Manajemen Adaro Energy Indonesia

Sebagai salah satu perusahaan batu bara terbesar di Indonesia, Adaro Energy Indonesia tentunya memerlukan sosok pemimpin yang tahan banting dan mampu membawa perusahaan mengarungi dunia bisnis yang kadang tidak menentu. Oleh sebab itu, pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) tahun 2021, Garibaldi Thohir resmi diangkat sebagai Presiden Direktur Adaro Energy Indonesia.

Dalam menjalankan perannya, alumni University of Southern California itu dibantu oleh beberapa rekan kerja yang tentunya ahli di bidangnya. Rekan kerja yang dimaksud adalah Christian Ariano Rachmat (wakil presiden direktur), Chia Ah Hoo (direktur), Mohammad Syah Indra Aman (direktur), dan Julius Aslan (direktur).

Selain jajaran direksi, Adaro Energy Indonesia juga mempunyai dewan komisaris yang harus menjalankan fungsi pengawasan. Pengemban utama tugas tersebut adalah Edwin Soeryadjaya yang dilantik sebagai Komisaris Utama Adaro Energy Indonesia pada RUPST 2021. Ia adalah anak dari mendiang William Soeryadjaya, pendiri PT Astra International Tbk (ASII).

Selain Edwin Soeryadjaya, ada pula komisaris lainnya yang mempunyai tanggung jawab serupa. Sosok yang membantu Edwin Soeryadjaya dalam melaksanakan tugasnya adalah Ir. Theodore Permadi Rachmat (wakil presiden komisaris), Arini Saraswaty Subianto (komisaris), Dr. Ir. Raden Pardede (komisaris independen), dan Mohammad Effendi (komisaris independen).

Baca Juga: Impresif, Volume Produksi Adaro Energy Meningkat 19% pada Paruh Pertama Tahun Ini!

Aksi Korporasi Adaro Energy Indonesia

Salah satu aksi korporasi yang dilakukan oleh Adaro Energy Indonesia adalah membagikan dividen. Berdasarkan keterbukaan informasi yang dirilis beberapa waktu lalu, diketahui bahwa perusahaan besar itu telah membagikan dividen senilai US$1 miliar atau setara dengan Rp15,32 triliun (asumsi kurs sebesar Rp15.329 per dolar AS) pada 6 Juni 2023 lalu. 

Selain itu, Adaro Energy Indonesia juga tercatat sempat melakukan perpanjangan masa pembelian kembali saham yang sudah beredar alias buyback saham sebanyak empat kali. Merujuk dari keterbukaan informasi, dikabarkan bahwa perpanjangan keempat berakhir pada 16 Desember 2022 lalu. 

Beberapa waktu setelahnya, Adaro Energy Indonesia kembali menggelar buyback saham dalam rangka menghadapi pergerakan saham yang fluktuatif. Seharusnya, periode pembelian kembali saham yang sudah beredar akan berlangsung dari 15 Februari 2023 sampai 15 Mei 2023. Akan tetapi, aksi tersebut dihentikan beberapa hari sebelum tenggat waktu, yakni pada 11 Mei 2023.

Baca Juga: Laba Adaro Minerals Terpangkas 19% pada Paruh Pertama 2023, Apa Penyebabnya?

Aksi korporasi lain yang pernah dieksekusi oleh Adaro Energy Indonesia adalah pemberian fasilitas pinjaman senilai Rp325 miliar kepada PT Dumai Tirta Persada. Pemberian pinjaman itu dilakukan melalui salah satu perusahaan terkendali Adaro Energy Indonesia, yakni PT Adaro Tirta Mandiri. Melansir dari keterbukaan informasi, dilaporkan bahwa transaksi afiliasi tersebut dilaksanakan pada 14 Juni 2023.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Yohanna Valerie Immanuella
Editor: Yohanna Valerie Immanuella

Advertisement

Bagikan Artikel: