Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bos The Fed Wanti-wanti Inflasi Imbas Tarif Trump, Begini Katanya!

        Bos The Fed Wanti-wanti Inflasi Imbas Tarif Trump, Begini Katanya! Kredit Foto: The Economic Club of Chicago
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell menyatakan bahwa inflasi harga barang di Amerika Serikat diperkirakan meningkat selama musim panas akibat dampak tarif dagang tinggi yang diberlakukan oleh Presiden Donald Trump.

        "Pada akhirnya, biaya tarif harus dibayar, dan sebagian dari itu akan jatuh pada konsumen akhir," ujar Powell dalam konferensi pers usai The Fed mempertahankan suku bunga acuannya tetap, dikutip dari Reuters, Kamis (19/6/2025).

        Menurut Powell, dampak tarif terhadap harga tidak langsung dirasakan karena sebagian besar barang yang saat ini dijual telah diimpor beberapa bulan sebelum tarif diberlakukan. Ia mencontohkan, kenaikan harga sudah mulai terlihat pada kategori produk seperti komputer pribadi dan perangkat audio-visual.

        Baca Juga: Tahan Suku Bunga, The Fed Isyaratkan Dua Pemangkasan hingga Akhir 2025

        "Kami juga melihat kenaikan harga pada beberapa kategori yang relevan, seperti komputer pribadi dan peralatan audio-visual, yang dapat dikaitkan dengan kenaikan tarif," jelasnya.

        Powell menyebutkan bahwa dampak penuh dari tarif baru terhadap inflasi akan terlihat dalam beberapa bulan mendatang. Hal ini akan memengaruhi waktu dan kecepatan langkah The Fed dalam memangkas suku bunga.

        "Jadi kami mulai melihat beberapa dampaknya, dan kami memang memperkirakan akan melihat lebih banyak lagi dalam beberapa bulan ke depan," ucapnya.

        The Fed memperkirakan dua kali pemotongan suku bunga sebesar seperempat poin sepanjang tahun ini. Namun, laju pelonggaran diperkirakan lebih lambat karena tekanan inflasi dari kebijakan tarif yang meningkat.

        Powell juga menyatakan bahwa ketidakpastian mengenai tarif mulai mereda, dibandingkan dengan kondisi pada April lalu saat Trump mengumumkan tarif tinggi, termasuk 145% untuk barang-barang Tiongkok.

        Baca Juga: The Fed Tahan Suku Bunga, Investor Kembali Lirik Dolar AS

        "Saya pikir kita belajar pada bulan April, setelah pertemuan bulan Maret, bahwa tarif yang jauh lebih tinggi kemungkinan besar akan diberlakukan. Dan sejak saat itu, perkiraan tentang tarif tersebut sebenarnya telah turun, meskipun masih pada tingkat yang tinggi," ungkap Powell.

        Di sisi lain, pejabat pemerintahan Trump, termasuk Menteri Keuangan AS Scott Bessent, menyebut bahwa tarif tidak akan dibebankan ke konsumen karena beberapa perusahaan memilih tidak menaikkan harga dan beban tarif ditanggung produsen asing.

        Namun, data Departemen Keuangan AS menunjukkan bahwa pendapatan dari bea cukai mencapai rekor tertinggi sebesar USD 23 miliar pada Mei 2025. Angka ini hampir empat kali lipat dibandingkan penerimaan USD 6 miliar pada Mei 2024, yang menunjukkan dampak nyata dari pajak impor yang diberlakukan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Cita Auliana
        Editor: Annisa Nurfitri

        Bagikan Artikel: