Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        IESR Sebut Investasi EBT RI Lambat, Anak Buah Rosan: Investor Masih ‘Wait and See’

        IESR Sebut Investasi EBT RI Lambat, Anak Buah Rosan: Investor Masih ‘Wait and See’ Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Nurul Ichwan, menanggapi laporan Institute for Essential Services Reform (IESR) yang menyoroti lambatnya investasi swasta dalam akselerasi Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia.

        Nurul menyebut lambatnya aliran investasi terjadi karena kondisi pasar domestik belum optimal, sehingga permintaan listrik masih rendah.

        "Untuk yang EBT ini, persoalannya sebenarnya pertama, gini, ekspansi dari sisi mereka (investor) juga itu juga dengan situasi yang berkembang sekarang, dengan situasi market yang juga tidak sedang menunggu dengan baik. Ini menyebabkan demand terhadap listrik juga menurun,” ujar Nurul di Kickoff Meeting and Media Briefing Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2025, di Jakarta, Rabu (13/8/2025).

        Baca Juga: IESR Soroti Lambatnya Investasi Swasta dalam Pengembangan EBT Tanah Air

        Dalam laporannya, IESR mengungkapkan pada Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030 investasi EBT yang masuk ke tidak sesuai target, hal ini dibuktikan dengan capai bauran EBT yang baru mencapai 15,37%. 

        Sebagaimana diketahui, dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034, pemerintah dan PLN membutuhkan dana senilai Rp 1.682,4 triliun untuk menambah kapasitas pembangkit 69,5 GW, dengan porsi swasta mencapai 80%. Dari total kapasitas baru itu, energi terbarukan ditargetkan sebesar 42,6 GW.

        Nurul menekankan, guna mendorong masuknya investasi EBT maka penguatan industri perlu dimaksimalkan guna meningkatkan peningkatan konsumsi listrik. 

        Baca Juga: Modal Asing Berkontribusi 46% dari Total Investasi, Jadi Motor Utama Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi

        "Yang kita lakukan pada saat ini adalah memberikan kesempatan kepada industri untuk berkembang dengan kemudahan yang kita berikan. Ketika demand dari elektriknya juga mulai meningkat, maka pada saat itulah baru kita melihat yang namanya marketnya ada. Menurut saya, mereka masih dalam fase untuk wait and see sampai market di Indonesia berkembang," tambahnya.

        Sementara itu, melansir laporan kinerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pertumbuhan EBT di semester I 2025 baru mencapai 0,6% atau setara 876,5 Mega Watt (MW). Hal ini membuat porsi bauran EBT hanya sekitar 14,5% dari total kapasitas pembangkit nasional yang saat ini menyentuh 105 GW.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
        Editor: Djati Waluyo

        Bagikan Artikel: