Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pemerintahan Jokowi Diminta Tanam Sawit dan Akasia di Lahan Gambut

Oleh: ,

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) disarankan agar fokus pada penanaman lahan gambut bernilai ekonomi tinggi yang memberi manfaat bagi kesejahteraan rakyat dan bangsa.

Director Tropical Peat Research Laboratory Lulie Melling mengatakan sawit dan akasia merupakan jenis tanaman yang baik ditanam di lahan gambut. Selain bernilai ekonomi tinggi dan kompetitif, imbuhnya, tanaman ini mempunyai kemampuan menyerap karbon (CO?).

"Sebenarnya, ada banyak tumbuhan bisa dibudidaya di lahan gambut, namun tidak semuanya ekonomis dan membawa manfaat bagi kesejahteraan masyarakat," katanya dalam keterangan kepada wartawan di Jakarta, Rabu (11/5/2016).

Lulie mengungkapkan pemerintah Indonesia harus mendukung pengembangan komoditas berdaya saing karena mampu meningkatkan kesejahteraan serta kualitas sumber daya manusia (SDM). Di Malaysia, ia mengatakan pemerintah setempat mempunyai komitmen kuat untuk memperbaiki gambut sekaligus memanfaatkannya dengan tanaman bernilai ekonomi.

"Gambut di Indonesia dan Malaysia punya banyak kemiripan. Karena itu, kami ingin membantu dan memberikan masukan kepada pemerintah Jokowi mengenai pengelolaan tanaman-tanaman produktif dan bernilai ekonomi yang tepat di lahan gambut," ujarnya.

Senada dengan Lulie, Wakil Dekan Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Suwardi mengatakan sawit, akasia, dan karet sangat cocok untuk dikembangkan pada lahan gambut. Selain kemampuan beradaptasi untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik pada lahan sulfat masam tersebut, terangnya, ketiga tanaman itu mempunyai nilai ekonomis tinggi.

Menurut Suwardi, sawit pertama kali dikembangkan masyarakat sebagai antisipasi kegagalan proyek nasional transmigrasi yang salah satu programnya untuk mengembangkan penanaman padi di lahan gambut pada tahun 1970-an.

"Pada awal, penanaman padi memang berhasil, namun setelah hampir 20 tahun produktivitasnya turun tajam dari lima ton per ha menjadi satu ton per ha sehingga menjadi tidak ekonomis," tuturnya.

Untuk mengantisipasi kegagalan itu, ia meminta petani beralih menanam sawit. Ia menerangkan survei pada tahun 2000-an menunjukkan sawit rakyat berhasil dikembangkan pada lahan gambut yang terdegradasi. Penanaman sawit tersebut juga mampu meningkatkan kesejahteraan petani secara drastis.

"Di Jambi banyak petani sawit yang mampu membangun rumah-rumah bagus serta menyekolahkan anak-anak hingga ke perguruan tinggi," sebutnya.

Dalam perjalanan selanjutnya, ia mengatakan penanaman sawit dan akasia di lahan gambut dikembangkan swasta. Pengelolaan jenis tanaman ini dinilai berhasil karena produktivitasnya tinggi dan kondisi gambut tetap terjaga. Hal itu karena teknologi pengaturan air omotatis (ekohidro) yang diterapkan swasta sangat membantu ekosistem gambut tidak menjadi kering.

"Kalau dituding kondisi gambut menjadi rusak ketika dikelola swasta tidak tepat. Justru banyak gambut terdegradasi kini lebih baik dan terjaga. Tanah gambut tetap baik meski telah dilakukan beberapa daur penanaman dan peremajaaan (replanting). Sejarah panjang di Indonesia sudah membuktikan sawit dan akasia merupakan tanaman yang tepat karena mempunyai kemampuan tumbuh di tanah-tanah yang masam seperti kawasan gambut," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: