Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Menjembatani Kepentingan Produksi Sawit dan Aspek Lingkungan

Oleh: ,

Warta Ekonomi, Kuching -

Keberhasilan dalam penerapan sistem pengelolaan agroekosistem berbasis lingkungan pada tanah gambut budidaya merupakan terobosan yang sangat baik untuk menjembatani kepentingan produksi kelapa sawit lahan gambut dan aspek lingkungan berdasarkan sintesis ilmiah, hasil penelitian,  serta pemahaman tentang gambut itu sendiri.

Director Tropical Peat Research Laboratory Lulie Melling mengatakan pengelolaan agroekosistem berbasis pada prinsip-prinsip drainase, pemadatan, dan pengelolaan air mampu untuk mengintegrasikan kebutuhan pertanian, alam, dan lingkungan untuk kesejahteraan manusia.

"Pengelolaan pertanian lahan gambut harus memperhatikan proses-proses ekologi tanah serta interaksi antara kultur teknis agronomi dan lingkungan," katanya sebagaimana dilaporkan wartawan Warta Ekonomi dari Kuching, Sarawak, Malaysia, Selasa (16/8/2016).

Lulie Melling mengatakan lahan gambut di Sarawak, Malaysia, dikelola dengan menggunakan sistem pengelolaan agroekosistem mengingat keterbatasan lahan pertanian serta kebutuhan pertanian untuk memenuhi pangan, sosial, dan ekonomi.

"Dengan terbatasnya lahan pertanian, pemanfaatan lahan gambut yang berlimpah di wilayah Sarawak tidak terhindarkan. Untuk memenuhi kebutuhan ini, pemerintan dan asosiasi terkait membangun pertanian ramah lingkungan dengan pendekatan holistik yang memperhatian persoalan lingkungan seperti penurunann emisi karbon karena penggunaan lahan gambut," ujarnya.

Ia mengatakan pemadatan pada tanah gambut dilakukan untuk meningkatkan kepadatan masa tanah (bulk density) dan daya dukung tanah gambut untuk mengurangi "tanaman doyong", menurunkan pencucian hara tanah, serta meningkatkan hasil panen.

"Pemadatan secara mekanis juga membawa keuntungan lain seperti penurunan emisi CO2dan penurunan risiko gambut terhadap kebakaran karena pori-pori tanah gambut yang lebih kecil sehingga meningkatkan gaya kapilaritas tanah sehingga tanah tetap lembab," paparnya.

Disampaikan, kelembaban tanah yang tinggi karena meningkatnya kepadatan masa tanah (bulk density)  ternyata juga menurunkan emisi CO2 di tanah gambut yang dibudidayakan.

"Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian tanah gambut yang dipadatkan dan yang tidak dipadatkan yang dibandingkan dengan hutan rawa gambut sekunder dan hutan rawa gambut tidak terganggu," pungkasnya.

Laporan: Muhamad Ihsan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: