Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Trump Jadi Presiden, Ini Pandangan Luhut Panjaitan

Trump Jadi Presiden, Ini Pandangan Luhut Panjaitan Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengatakan Indonesia harus siap menghadapi berubahnya situasi global saat ini, menyusul kemenangan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang disebut-sebut bisa mengubah peta perekonomian dan politik dunia.

"Trump dengan prinsip proteksinya terhadap produk Amerika bisa membalikkan apa yang telah terjadi selama ini. Trump ini cukup fenomenal dengan sikap inward looking. Dia lebih memprioritaskan national interest?bahkan sampai melanggar aturan WTO pun ia tidak peduli," kata Luhut dalam siaran pers di Jakarta, Sabtu.

Hal itu disampaikan oleh mantan Menko Polhukam itu saat berdialog dengan Dewan Guru Besar Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta, Jumat (27/1). Luhut menjelaskan Amerika Serikat yang hingga pertengahan tahun lalu masih menjadi negara pengimpor minyak terbesar di dunia, mulai mengurangi ketergantungannya pada negara lain. Pada saat yang besamaan negara ini sedang berusaha untuk bisa mengekspor gas.

"Tetapi saat Trump berkuasa, baru dalam hitungan hari indeks Dow Jones naik cukup signifikan. Ini menunjukkan bahwa prinsip proteksionisme yang diterapkannya mendapat respon yang cukup baik," katanya.

Luhut menyinggung dampak kemenangan Trump itu juga dirasakan di Eropa dan negara-negara Timur Tengah. Oleh karenanya, menurut dia, Indonesia akan mengurangi impor di berbagi sektor. Misalnya di sektor energi, pemerintah kini sedang menggalakkan peningkatan penggunaan biofuel dari kelapa sawit hingga 20 persen.

"Kewajiban menggunakan 20 persen minyak sawit dalam biodiesel bisa mengurangi impor solar. Selama 10 tahun terakhir kita lebih senang impor. (Kita juga ingin menaikkan) imbal hasil dari petani plasma kelapa sawit, yang saat ini berada di kisaran 2-3 ton, menjadi 8-10 ton (per hektar). Dengan begitu, petani kita juga bisa lebih sejahtera," ujarnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Ferry Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: