Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bank Indonesia Rapatkan Barisan Bahas Kebijakan Fiskal AS

Bank Indonesia Rapatkan Barisan Bahas Kebijakan Fiskal AS Gubernur BI Agus Martowardojo saat melakukan sesi doorstop dengan wartawan di Jakarta. Agus Martowardojo mengatakan NPG dilakukan untuk mengembangkan interkoneksi dan interoperabilitas sistem pembayaran di Indonesia. | Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Agus Martowardojo Gubernur Bank Indonesia (BI), mengutarakan pihaknya terus mengkaji terkait pelambatan kebijakan fiskal Amerika Serikat (AS), dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi negara tersebut.

"Kebijakan fiskal di AS agak mundur dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi AS cukup berpengaruh karena sebelumnya ada optimisme kebijakan fiskal akan cepat dan membantu pertumbuhan," jelas Agus saat ditemui di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (21/7/2017).

Selain itu, Dewan Gubernur BI juga mendiskusikan tantangan di AS terkait dengan suku bunga acuan AS (Fed Fund Rate) dan rencana normalisasi neracanya.

"Di AS yang menjadi perhatian adalah FFR yang mempunyai neraca yang besar, sudah diumumkan akan dilakukan pengurangan neracanya, dan akan dikaji akan mulai kapan dan dampaknya pada stabilitas sistem keuangan di dunia," ujar Agus.

Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 19-20 Juli 2017 di Jakarta, Kamis (20/7/2017) malam, memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) sebesar 4,75 persen. Sementara itu, suku bunga Deposit Facility tetap sebesar empat persen dan Lending Facility tetap sebesar 5,5 persen, berlaku efektif sejak 21 Juli 2017.

"Kami melakukan pembahasan terkait ekonomi global dan nasional, secara umum kami melihat bahwa ekonomi global masih sama seperti bulan lalu, pertumbuhan ekonomi dunia masih akan sama di kisaran 3,3 persen," ujar Agus.

Namun, lanjutnya, pertumbuhan ekonomi dunia masih mungkin terjadi perubahan karena ekonomi di AS dan India diperkirakan pertumbuhan ekonominya menurun, sedangkan Eropa dan China membaik. (HYS/Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Hafit Yudi Suprobo

Advertisement

Bagikan Artikel: