Badan Pusat Statistik (BPS) telah menyatakan bahwa pertumbugan ekonomi Indonesia sepanjang tiga bulan pertama tahun ini berada di angka 5,06%. Bos Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio menuturkan bahwa dengan angka tersebut dirinya optimis target pertumbuhan ekonomi 5,4%-5,5% yang dicanangkan pemerintah akan tercapai.
"Angka 5,06% pasar sedikit bereaksi, tapi semuanya sadar ini lebih bagus dari tahun kemarin yang 5,01% dan bahkan yang dari 2015 yang hanya 4,7%. Saya percaya dengan 5,06% ini pertumbuhan 5,4%-5,5% masih bisa tercapai karena biasanya 3 kuartal (berikutnya) lebih tinggi dari ini," ujarnya di Jakarta, Senin (7/5/2018).
Lebih lanjut ia mengungkapkan, saat ini yang memberatkan adalah kenaikan harga minyak. Pasalnya, saat ini Indonesia mengimpor sebanyak 800 ribu barel minyak per hari atau sekitar 50% dari kebutuhan nasional. Jika dengan harga minyak US$7,4 per barel, pengeluaran impor minyak pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat hampir mencapai US$60 juta per hari.
Belum lagi dengan adanya pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Saat ini, tercatat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp13.956 (kurs Jisdor).
"Yang berat sekarang kenaikan harga minyak dan apresiasi rupiah terhadap dolar AS sehingga kebutuhan agak naik. Memang yang menjadi pertanyaan besar kalau dinaikin (bbm), inflasi naik. Akan tetapi, kalau tetep, APBD terkikis. Itu tantangan terberat deputi kita di situ. Tapi, saya percaya bisa rumuskan yang terbaik," ujarnya.
Tito tak memungkiri jika dengan adanya laporan pertumbuhan ekonomi Indonesia pasar modal sedikit bereaksi. Namun, saat ini sudah pasar modal sudah sedikit mengalami restorasi.
"Pasar modal sedikit beraksi, sedikit restorasi, tapi sekarang sudah balik lagi. Itu indeksnya sempet turun dikit, naik lagi nanti," terangnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Fauziah Nurul Hidayah
Tag Terkait: