Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Festival Jatiluwih, Kolaborasi Seni Budaya Tradisional dan Modern di Harta Karun Warisan Dunia

Festival Jatiluwih, Kolaborasi Seni Budaya Tradisional dan Modern di Harta Karun Warisan Dunia Kredit Foto: Pemkab Tabanan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Festival Jatiluwih 2018 berhasil mengemas seni tradisional dan modern dengan sangat baik. Berbagai tarian khas Bali ditampilkan pada festival tersebut, seperti Tari Bungan Sandat Serasi, Tari Rejang Kolosal, Tari Metangi, Tari Sekar Jagad, Tari Joged Bumbung, Tari Puspawresti, Tari Pendet, Tari Cendrawasih, dan Tari Oleg Tambulingan.

Manager Operasional Daya Tarik Wisata (DTW) Jatiluwih I Nengah Sutirtayasa mengungkapkan pada festival tahun ini memang mencoba menampilkan hal yang berbeda, dengan menggabungkan seni tari, musik, dan juga pameran intalasi bambu.

“Jatiluwih ini sebagai tempat wisata panorama sawah yang identik dengan trekking dan juga hiking, padahal kalau kita melihat lebih dalam, Jatiluwih ini juga memiliki seni dan budaya serta tradisi produk lokal bambu yang bisa jadi nilai tambah untuk sektor pariwisata,"ujar Tirta di Gong Resto Jatiluwih, Tabanan, Bali. Sabtu (15/09).

Berbagai aliran musik seperti blues, jazz world music dan juga reggae  turut memeriahkan acara yang dimulai dari pukul 10 pagi sampai 10 malam tersebut. Seperti Gilang Ramadhan, Leana Rachel, Sound of Mind ft. Ginda Bestari, Andi Bayou, Ito Kurdhi Chemistry, Tropical Transit, Marapu, Miyoshi masato Project, Ronald Gang, Indra Lesmana, dan Saharadja.

Tidak hanya itu, beberapa UMKM serta BUMDes Tabanan turut serta memamerkan potensi lokal unggulan, mulai dari ragam kuliner jajanan Bali, berbagai macam kopi, teh dari beras merah, hingga ragam kerajinan anyaman bambu.

“Kami juga menyediakan 50 tenda untuk wisatawan yang mau camping dan merasakan langsung suasanya menginap di tengah pesawahan yang segar, per malam nya di bandrol dengan harga 100rb sampai 200rb sudah termasuk sarapan," tambah Tirta.

Ia juga berharap kedepannya festival tersebut akan lebih baik lagi, dan tidak hanya dilakukan selama dua hari. 

“Kita sebagai daerah pertanian dan juga desa wisata bisa mengajak para turis untuk merasakan kehidupan di wilayah pertanian, dari mulai membajak, nanam padi, dan juga perawatan,"tandas Tirta.

Sementara itu, Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti berharap D’Uma Jatiluwih Art & Culture Hill sebagai tempat yang baru dipakai untuk festival tersebut bisa dijadikan tempat kegiatan rutin untuk menampilkan kreatifitas dari masyarakat.

“Ini bisa dijadikan tempat acara berkelas yang bernuansa alam, dan jarang mungkin di temukan di tempat lain, dan menjadi perhatian Dunia, karena Jatiluwih ini sudah dikunjungi oleh orang-orang besar seperti mantan presiden Amerika Serikat Barack Obama,"ujar Eka.

Bupati Eka juga menambahkan bahwa Jatiluwih merupakan harta karun warisan dunia yang harus dijaga bersama-sama.

“Semua masyarakat disini harus sama-sama menjaga dan melestarikannya, baik dari pihak DTW, subak, masyarakat maupun petani, supaya Jatiluwih menjadi destinasi wisata yang dampaknya bisa dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat,"pungkas Eka.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Clara Aprilia Sukandar
Editor: Clara Aprilia Sukandar

Bagikan Artikel: