Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Transformasi PR di Era Industri 4.0

Transformasi PR di Era Industri 4.0 Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Revolusi industri 4.0 seperti sebuah pisau bermata dua. Di satu sisi, pemanfaatan teknologi dalam berbagai industri tentu dapat meningkatkan pelayanan kepada konsumen. Namun, di sisi lain ada kekhawatiran profesi kita dapat diisi oleh robot yang sudah dilatih agar pola pikirnya menyerupai manusia.

Mengutip BBC, Peneliti Lembaga Masa Depan Kemanusiaan di Universitas Oxford Katja Grace melakukan riset untuk mengetahui berapa persen kemungkinan robot dapat menggantikan pekerjaan kita dan hasilnya, sebesar 50% dalam kurun waktu sekitar 120 tahun. Tentunya, hal tersebut memengaruhi berbagai sektor, salah satunya adalah public relation (PR) atau humas.

Salah satu praktisi humas, tepatnya Ketua Umum BPP Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia, Agung Laksamana bahkan menuliskan pemikirannya tentang kemungkinan buruk tersebut. Menurutnya, dalam era revolusi industri 4.0 nanti, akan tersaji teknologi canggih berupa internet of things (IoT), artificial intelligence (AI), human-machine interface, cloud, computer quantum, 3D printing, augmented reality dan virtual reality (AR/VR), hingga mixed reality.

Bersamaan dengan munculnya teknologi-teknologi canggih tersebut, Agung berpendapat bahwa konten akan semakin banyak. Menurut sebuah survei, kurang lebih terdapat 72,5 juta konten di mesin pencarian Google pada 2016.

"Itu berarti, kita terekspos dengan rata-rata 300.000 konten per hari. Jumlah iklan yang mencapai 30.000 advertising message dalam sehari juga turut memborbardir kita. Artinya, tantangan humas untuk menyampaikan pesan ke target dan audiens semakin sulit," ujar Agung.

Di sisi lain, pemerintah pun menggaungkan "Indonesia 4.0" sejak April lalu. Menurut pemerintah, dengan Indonesia 4.0, pertumbuhan PDB riil Indonesia dapat bertumbuh sebesar 1-2% per tahun di masa depan. Pada 2020, Kemenkominfo juga merencanakan Indonesia agar menjadi negara dengan kekuatan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara.

Bagaimana antisipasi yang harus dilakukan humas dalam menghadapi kemajuan teknologi di Industri 4.0 nanti? Agung mengatakan seorang praktisi PR harus mampu mencari peluang, tidak takut, dan mengikuti perkembangan serta menguasai teknologi. Apalagi, seorang humas terdiri atas kombinasi unik antara intuisi, nalar, empati, emosi, serta kreativitas yang tak terbatas. Ia mengatakan hal tersebutlah yang tidak ada pada robot berteknologi AI.

Ia menegaskan para pelaku di dunia humas harus meninggalkan persepsi lama yang mendefinisikan tugas PR hanya menjadi pembuat kliping protokoler, serta publikasi di media konvensional. Sama seperti media yang kini mulai bertransformasi ke dunia digital, Agung menilai humas pun harus melakukan transformasi.

"Transformasi PR adalah sesuatu yang mutlak dalam era revolusi industri 4.0," ujar Agung.

Berikut adalah beberapa langkah yang harus diambil untuk mewujudkan transformasi tersebut, yakni

1. Kompetensi

Agung memaparkan humas harus memiliki ataupun memperbarui kompetensi, baik di bidang teknologi maupun nonteknologi. Pada industri 4.0 dibutuhkan praktisi humas yang fleksibel dan memiliki mobilitas yang tinggi.

"Seorang humas juga memerlukan kemampuan digital, analitik, menulis konten, membangun jaringan, haus akan informasi terbaru, dan memiliki spesialisasi," ungkap Agung.

2. Personalisasi Konten

Agar pesan yang ingin disampaikan dapat memberikan efek langsung kepada target, praktisi PR harus kreatif dan mampu melakukan pendekatan personal kepada target. Jangan hanya menerapkan prinsip one size fits all messages pada semua konten.

"Di tengah 'tsunami konten' dan informasi yang berlebih, humas 4.0 harus mampu mengidentifikasi target, kanal yang digunakan, serta konten yang dibutuhkan oleh mereka. Hal tersebut berlaku juga ketika humas dihadapkan dengan situasi krisis, seperti manajemen reputasi dan membangun sebuah brand," papar Agung.

3. Pahami Tren Global

Memurut Agung, humas di Industri 4.0 nanti perlu kreativitas dan memahami tren dunia global. Misalnya, fenomena video 360 milik CNN, Live Streaming, Drone, hingga teknologi Mixed Reality di Windows. Humas 4.0 harus mengombinasikan teknologi-teknologi tersebut dengan fungsi PR.

4. Integritas

PR tak boleh mudah terpengaruh arus isu yang beredar di masyarakat. Ia tak boleh dengan mudah memercayai isu, mulai dari hoax hingga berita palsu. Dengan begitu, integritasnya sebagai humas tidak akan menurun di era Indistri 4.0.

Dalam tulisannya, Agung mengatakan, bahwa humas harus tetap memiliki tata kelola (Good Governance), akuntabel, transparan, dan menjawab bukan hanya kebutuhan stakeholders, melainkan juga seluruh warga megara.

5. Kolaborasi

Dalam menjalankan tugasnya di era digital nanti, PR tak bisa bergerak sendiri-sendiri. Diperlukan sebuah sinergi antarsemua praktisi humas, baik itu humas pemerintah, humas swasta, ataupun akademisi. Hal tersebut dilakukan untuk memenuhi ekspektasi stakeholders yang meningkat 3 kali lipat terhadap fungsi praktisi PR.

"PR pun membutuhkan Digital content creator, videograpgher, infographic, Ads people, brand people hingga marketing,"jelasnya.

Secara garis besar, yang dimaksud oleh Agung, humas berfungsi untuk membangun kepercayaan dan reputasi melalui branding "Making Indonesia 4.0". Dalam mewujudkannya, diperlukan peran strategis dari Humas 4.0 yang memiliki kompetensi global, digital, dan kreatif. Poin paling pentingnya, ia menambahkan, Humas 4.0 harus berjiwa NKRI.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Kumairoh

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: