Financial Technology atau Fintech merupakan barang baru tapi transaksinya cukup besar dan untuk Sumatera Utara, paling besar di Medan lebih dari 70%.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumatera Utara, Wiwiek Sisto Widayat mengatakan Bank Indonesia terus melakukan monitoring terhadap perkembangan fintech, karena ternyata fintech merupakan pesaing dari industri-industri yang established seperti perbankan dan Pegadaian.
"Memang perkembangan fintech sudah tumbuh tinggi, tapi secara volume masih rendah. Keberadaannya pun harus dikelola dengan baik supaya tidak merugikan masyarakat, terutama dari sisi bunga yang tinggi," katanya, Kamis (4/4/2019).
Baca Juga: Mewaspadai Pencucian Uang di Fintech
Menurutnya, fintech ini sama seperti tengkulak, lintah darat dan sejenisnya dimana proses mendapatkan pinjaman dana cukup mudah, cuma fintech caranya melalui online dengan HP.
"Sampai sekarang dampaknya memang belum besar terhadap perkembangan ekonomi, tapi tetap harus jadi perhatian kita," ujarnya.
Di dunia, fintech memberikan kontribusi cukup besar. Sedangkan di Indonesia punya banyak unicorn seperti Tokopedia, Bukalapak, Shopee dan banyak lagi yang cukup besar tapi dari sisi pertumbuhannya, sedangkan dari sisi volume masih lebih kecil dari perbankan konvensional.
Baca Juga: Bukalapak: Fenomena Online to Offline Mungkin Terjadi di Indonesia
"Untuk daerah lain di Sumut, kami belum punya data akurat terkait fintech ini. Di Jakarta sudah dibahas mengenai fintech ini dengan membuat focus group discussion yakni Forum Sistem Pembayaran (SP) dengan tujuan bisa mendapatkan data akurat fintech," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: