Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Belajar dari Kesalahan Microsoft, Blackberry, dan Kodak

Belajar dari Kesalahan Microsoft, Blackberry, dan Kodak Microsoft dan Accenture kerja bareng menggarap proyek pembuatan KTP global dengan memakai teknologi blockchain. Dengan KTP global ini, 1,5 miliar orang yang memiliki ID akan punya ID digital. | Kredit Foto: REUTERS/Charles Platiau
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ada beberapa pelajaran yang bisa dipetik dari perusahaan-perusahaan besar. Yang akan dibahas di sini adalah “kesombongan” yang pada ujung-ujungnya menyebabkan kehilangan kesempatan yang jauh lebih besar. Ini beberapa di antaranya sebagaimana dikutip dari laman rt.com.

Salah satu pendiri Microsoft, Bill Gates telah mengakui bahwa kesalahan terbesarnya adalah kalah dari Android dalam perlombaan sistem operasi seluler (OS).

Android sekarang menjadi platform "non-Apple" utama, yang mengendalikan sekitar 75 persen pasar OS. Meskipun Microsoft berhasil mengembangkan OS dan perangkat lunak utama untuk komputer dan laptop, Windows mobile-nya hanya menikmati pangsa pasar yang kecil. Hal itu merupakan kerugian besar bagi perusahaan.

Baca Juga: Microsoft Mau Kaji Ulang Etika AI Perusahaan?

"Bill Gates tidak memperkirakan bahwa pada akhirnya komputer akan ada di ponsel dan di saku kami," kata jurnalis investigasi, Ben Swann, kepada Boom Bust. Dia juga mengatakan bahwa selain kehilangan kesempatan ini, mesin pencari Microsoft  Bing juga tidak berhasil. Google-lah yang kini menguasai pasar mesin pencari.

Microsoft tidak sendirian dalam hal membuat kesalahan di era digital. Sebagai contoh, Blackberry yang dulu sangat populer gagal mempertahankan posisi terdepan dan sekarang telah menjadi "lurban legend".

Menurut Swann, Blackberry mendapat masalah karena "kesombongan" sendiri. Karena perusahaan itu mengharapkan pasar dan publik yang telah berkembang cepat ini untuk "menunggu mereka.”

Akibatnya ketika Andoid tiba-tiba muncul, Blackberry tidak siap. Blackberry tidak mau mendengarkan kebutuhan konsumen. Di era digital, tidak ada lagi kesetiaan konsumen. Konsumen akan dengan cepat “selingkuh” begitu melihat ada produk lain yang lebih bermanfaat.

Baca Juga: Say Goodbye to BlackBerry Messenger!

Blackberry mencoba memperbaiki kesalahannya, dengan mengeluarkan produk yang mirip-mirip Android, tapi tetap dengan brand Blackberry. Tapi tampaknya langkah tersebut gagal total. Kali ini, konsumen belum mau “selingkuh” dari Android. Karena memang produk barunya kurang memberikan perbedaan yang signifikan.

Selain itu, Perusahaan Amerika, Kodak, adalah contoh lain dari perusahaan yang pernah sukses lalu tenggelam dalam pengabaian, meskipun pernah berada di ujung tombak dari proses film baru dan fotografi digital. Sementara waktu mungkin telah berlalu, sang jurnalis percaya bahwa kegagalan terbesarnya adalah menjual film, bukanlah kamera.

Yah, “momen Kodak” kini jadi frase yang legendaris. Inilah momen yang terjadi saat masa-masa awal revolusi digital. Kemapanan dan keenakan sebagai pemimpin pasar membuat Kodak buta terhadap revolusi yang sedang terjadi di sekitarnya. Keyakinannya terhadap brand yang kuat membuatnya lupa diri. Padahal inilah era di mana produk dapat dengan mudah mengalahkan brand.

Baca Juga: Lewat Blockchain, Kodak Rambah Bisnis Manajemen Data Digital

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Kumairoh

Bagikan Artikel: