Blora merupakan kabupaten di Jawa Tengah yang terletak di ujung Timur dan berbatasan dengan Jawa Timur. Kabupaten yang mendapat julukan Kota Jati dengan ketinggian 0-280 mdpl ini sangat cocok untuk pengembangan aneka komoditas hortikultura. Contohnya tanaman jeruk. Di Desa Tanggel, Kecamatan Randublatung, terdapat lebih dari 125 hektare jeruk siem dan sebagian besar telah berproduksi.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Reni menyebutkan bahwa petani jeruk di Blora sangat antusias dalam budi daya jeruk karena telah memberikan hasil yang cukup baik bagi petani jeruk.
"Bantuan yang diberikan oleh Kementan berupa kegiatan pengembangan kawasan jeruk telah dimulai pada 2017 mencapai 185 hektare dan sebagian besar difokuskan di Kecamatan Randublatung. Saat ini petani jeruk perlu dilatih melalui kegiatan bimbingan teknis budi daya jeruk yang baik dan benar agar mampu menghasilkan buah jeruk bermutu," papar Reni.
Tidak hanya itu, lanjut Reni, Blora juga berpotensi untuk mengembangkan buah lainnya seperti mangga, pisang, lengkeng, durian, jambu kristal, srikaya, dan buah naga.
"Pengembangan lengkeng di Blora dimulai sejak 2013 oleh swasta yang telah mengembangkan kebun buah-buahan seluas 25 hektare yang terdiri dari lengkeng, jambu kristal, durian, jeruk, dan pepaya. Kebun ini kemudian dinamai Kebun Buah Greneng," jelas Reni.
Baca Juga: Wow, Kementan Bagi Tips Agar Jeruk Berbuah Sepanjang Tahun
Kebun buah ini berlokasi di Desa Tunjungan, Kecamatan Tunjungan dengan jumlah tanaman lengkeng sekitar 1.200 pohon atau 6 hektare. Jenis yang dikembangkan adalah varietas new kristal (kateki), itoh, dan virni. Tanaman lengkeng dengan pemeliharaan optimal dapat berproduksi dengan baik.
"Pada umur 4 tahun produktivitas lengkeng dapat mencapai 50-70 kg per pohon per tahun. Dengan biaya pemeliharaan Rp200 ribu per tahun dapat menghasilkan Rp1.750 ribu per pohon per tahun. Oleh karena itu, lengkeng memiliki prospek yang bagus untuk dikembangkan," jelas Bambang, pemilik kebun buah dengan konsep agrowisata ini.
PT Perhutani telah menyediakan lahan seluas 10 hektare di sekitar kebun tersebut untuk dilakukan pengembangan lengkeng yang dapat dikelola oleh petani.
"Pada 2018, Kementan telah menginisiasi bantuan pengembangan kawasan lengkeng seluas 10 hektare di Blora. Untuk lokasi sekitar kebun buah Greneng dialokasikan 5 hektare dan sisanya dialokasikan di Desa Bangunrejo, Kecamatan Tunjungan," jelas Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Blora, Mudiyanto.
Dia mengatakan, pertumbuhan tanaman lengkeng di daeranya cukup baik. Petani juga mendapatkan bimbingan dari pengelola kebun buah bagaimana cara budi daya lengkeng yang baik. Inisiasi pengembangan kawasan lengkeng disambut baik oleh petani, bahkan Desa Bangunrejo mengalokasikan dana desanya untuk pembagian benih lengkeng.
"Setiap warga halaman rumahnya ditanami lengkeng dan buah-buahan lainnya. Dana APBD II juga mendukung untuk pembagian benih lengkeng. Varietas lengkeng yang banyak dikembangkan di Blora adalah Kateki," terang Mudiyanto
Plt Direktur Buah dan Florikultura, Sri Wijayanti Yusuf menyambut baik antusiasme petani Blora dalam mengembangkan lengkeng. Saat ini pemerintah mengembangkan buah lengkeng.
"Saat ini sudah mulai banyak varietas lengkeng yang memiliki keunggulan dan daya adaptasi yang luas, salah satu diantaranya adalah kateki. Kateki merupakan varietas lengkeng yang di lepas Kementan tahun 2016. Lengkeng ini berasal dari pohon induk tunggal (PIT) milik Samlawi di Dukuh Kateki, Desa Kebonrejo, Kecamatan Salaman, Magelang. Lengkeng ini sebelumnya dikenal dengan new kristal dan setelah dilepas diberi nama Kateki sesuai asal PIT-nya," papar Yanti.
Berdasarkan SK Pelepasan Menteri Pertanian nomor 058/Kpts/SR.120/D.27/5/2016 lengkeng ini memiliki ciri, antara lain bentuk buah yang bulat serta warna kulit buah coklat serta bintik pada kulit buah yang berwarna coklat tua. Di samping itu, memiliki warna daging buah yang putih bening. Lengkeng ini memiliki keunggulan dengan rasa yang manis dan ukuran buah yang relatif besar antara 15,9-20,7gr per buah.
"Daging buah yang tebal dengan biji kecil serta aroma yang lembut. Selain itu lengkeng ini memiliki kandungan air yang tidak terlalu tinggi sehingga tidak becek," tambah Yanti.
Daging buah Kateki berwarna putih bening dan tebal serta biji yang kecil. Tanaman ini cocok ditanam di dataran rendah. Produktivitas Kateki berkisar antara 50-70 kg per pohon pertahun. Dengan hasil dan keunggulan tersebut lengkeng ini berpotensi tinggi untuk dikembangkan, ungkap Yanti.
"Masyarakat Indonesia gemar makan buah lengkeng, kita mampu memproduksi sendiri," jelasnya.
Baca Juga: Kementan dan CPI Perkenalkan Mobil Pengering Jagung Versi Terbaru
Yanti pun menerangkan, berdasarkan hasil identifikasi, luas pengembangan lengkeng secara swadaya telah mencapai lebih dari 1.000 hektare tersebar di Tuban, Magelang, Grobogan, Kulonprogo, Bantul, Kendal, Semarang, Sragen, Boyolali, Kukar, Paser, Sambas, Lampung Selatan, Pekanbaru, Deliserdang, dan sebagainya.
Kementan telah mendukung pengembangan kawasan lengkeng sejak 2017, namun masih dalam skala kecil, baru mencapai 150 hektare, dan pada tahun yang sama telah dilakukan uji coba pengembangan lengkeng seluas 25 hektare di Tuban, model kebun komersial pola inti plasma dengan salah satu perusahaan swasta yang saat ini telah mulai panen.
Yanti berharap model kebun komersial pola kemitraan dengan swasta seperti di Tuban dapat direplikasi di daerah lain, Blora salah satunya.
Yanti membeberkan bahwa pada 2020, Kementan berencana memperluas pengembangan kawasan lengkeng hingga mencapai 900 hektare di daerah-daerah yang secara agroklimat sesuai untuk pengembangan lengkeng seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan sebagainya.
"Untuk Blora akan kita alokasikan 45 hektare. Kementan menargetkan pengembangan kawasan lengkeng guna memasok kebutuhan konsumsi," tutup Yanti optimistis.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: