Solo merupakan tempat berdirinya Kerajaan Mataram Kuno. Kini, jejak Mataram masih terlihat di Keraton Surakarta Hadiningrat. Kerennya, meski tersentuh modernisasi, kebudayaan Jawa di keraton tidak luntur.
Salah satu bentuk kebudayaan Jawa yang tetap lestari sampai sekarang, yakni berupa ritual. Berikut daftarnya.
Ritual Kalahayu
Anda pernah menyaksikan gerhana matahari? Setiap terjadi fenomena ini, masyarakat Surakarta melakukan ritual kalahayu. Prosesi ini diawali dengan mengarak sesaji berbentuk gunungan. Isinya berupa hasil bumi, seperti buah-buahan, kacang-kacangan, padi, dan rempah-rempah.
Sesaji tersebut dibawa oleh orang-orang berpakaian putih dengan selendang di pundaknya; mirip empu zaman kuno. Mereka membawa sesaji ke halaman Balai Soedjatmoko. Setelah tiba di sana, peserta ritual mengadakan ritual adang ageng memakai kukusan dan kenceng. Usai prosesi selesai, sesaji dibagikan kepada masyarakat yang hadir.
Baca Juga: 5 Tempat Wisata Tersembunyi di Solo yang Punya Panorama Memukau
Grebeg Maulud
Grebeg maulud merupakan bagian dari tradisi sekaten di Surakarta. Secara keseluruhan, tradisi tersebut bertujuan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Acara dimulai dari kirab gunungan dari Keraton Kasunanan Surakarta menuju Masjid Agung. Gunungan yang dibawa berisi hasil bumi, misalnya kacang-kacangan, buah, dan sayuran.
Puncak acara grebeg maulud ditandai dengan dikeluarkannya gunungan di halaman Masjid Agung Keraton. Masyarakat yang hadir diperkenankan untuk memperebutkan isi gunungan. Mereka percaya, gunungan menyimpan banyak rezeki dan berkah sehingga harus didapatkan.
Grebeg Sudiro
Diadakan pertama kali pada tahun 2007, grebeg sudiro menjadi salah satu perayaan terbesar di Solo. Pasalnya, grebeg sudiro merupakan perpaduan budaya Jawa dan Tionghoa. Masyarakat menyelenggarakan kegiatan ini di kawasan Pasar Gede dan Balong. Tepatnya, di Kelurahan Sudiroprajan dan Balai Kota Solo.
Perayaan grebeg sudiro hampir mirip sekaten, yakni berebut gunungan. Bedanya, gunungan dalam ritual ini berupa susunan kue keranjang. Masyarakat mengarak gunungan ke sekitar kawasan Sudiroprajan dengan diiringi kesenian tradisional.
Kirab 1 Suro
Satu Sura atau Muharam, tanggal yang dianggap sakral oleh masyarakat Solo. Tepat di tanggal ini, tahun baru Islam dimulai. Peringatannya berupa Kirab 1 Suro di Keraton Surakarta dan Puro Mangkunegaran. Saat kirab berlangsung, peserta ritual mengelilingi kota sejauh 3 kilometer.
Baca Juga: Ini Destinasi Solo Travel Paling Populer Buat Milenial Indonesia
Salah satu hal yang unik dari Kirab 1 Suro, yakni kehadian kebo bule. Masyarakat Solo percaya, kebo bule adalah keturunan Kiai Slamet yang menjadi pemuka kirab. Di belakang kebo bule, terdapat barisan abdi dalem keraton dengan busana adat Jawa. Mereka juga membawa pusaka Jawa yang diyakini berkekuatan magis.
Upacara Adat Mahesa Lawung
Upacara Mahesa Lawung diadakan setiap hari Senin atau Kamis di bulan Jumadilakhir. Prosesi dilakukan oleh para abdi dalem keraton. Kemudian, pemuka adat keraton membacakan doa. Setelah itu, semua peserta ritual membawa sesaji makanan dan kepala kerbau ke Alas Krendhowahono.
Jarak Alas Krendhowahono dengan Keraton Surakarta sekitar 15 kilometer. Peserta ritual meletakkan sesaji di area pepunden Alas Krendhowahono. Usai acara peletakkan kepala kerbau, adat Mahesa Lawung ditutup dengan makan bersama.
Demikian ulasan tentang ritual atau adat yang masih dilestarikan di Solo dan sekitarnya. Sudah siap traveling ke Solo? Yuk, siapkan bekalnya mulai sekarang, seperti memesan kamar hotel sampai booking tiket pesawat ke Solo.
Bingung cari tiket pesawat murah? Tenang saja; tiket Citilink murah bisa Anda dapatkan dengan harga terjangkau di situs maupun aplikasi Airy. Semua transaksi pemesanan tiket dijamin aman dan bebas penipuan. Tidak hanya itu, Anda bisa memanfaatkan layanan refund dan reschedule jika ada kendala dalam traveling.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: