Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rupiah Kalang Kabut, Keperkasaan Hilang Terenggut!

Rupiah Kalang Kabut, Keperkasaan Hilang Terenggut! Kredit Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Warta Ekonomi, Jakarta -

Nilai tukar rupiah dibuka dengan apresiasi 0,04% ke level Rp14.130 per dolar AS pada awal perdagangan spot Selasa (15/10/2019). Seiring berjalannya waktu, rupiah menjadi kalang kabut tatkala keperkasaan yang tak seberapa itu kembali terenggut oleh mayoritas mata uang dunia, termasuk dolar AS. 

Terhitung sampai dengan pukul 10.22 WIB, rupiah berbalik terdepresiasi sebesar 0,04% ke level Rp14.144 per dolar. Hal ini patut disayangkan karena ada momentum baik yang seharusnya dapat dimanfaatkan rupiah.

Baca Juga: Duh! Belum Ada Win-Win Solution Nih Antara AS-China?

Pagi ini, dolar AS tertekan oleh hampir semua mata uang dunia, seperti euro, poundsterling, dolar New Zealand, dolar Kanada, dan franc. Mata uang Asia seperti dolar Hongkong, yen, dolar Singapura, dan dolar Taiwan juga turut bergabung dalam pasukan penyerang dolar AS. 

Usut punya usut, langkah rupiah untuk bergabung dalam pasukan mata uang Asia penyerang dolar AS terhalang oleh sentimen domestik, yakni rilis data neraca perdagangan yang rencananya akan diumumkan pada hari ini. 

Baca Juga: Bucin Alias Buah Cinta AS-China: Rupiah Bahagia!

Bak pesimis dengan data neraca perdagangan, pelaku pasar pun enggan mengoleksi rupiah. Alhasil, rupiah melemah bukan saja di hadapan dolar As, melainkan juga di hampir semua mata uang. Mata uang euro dan poundsterling terpantau membuat rupiah tertekan masing-masing sebesar -0,10% dan -0,26%. 

Sementara itu, di jajaran Asia, rupiah hanya selamat dari baht (0,26%), ringgit (0,06%), dan yuan (0,05%). Selebihnya, rupiah kini tertekan di hadapan dolar Taiwan (-0,11%), yen (-0,10%), dolar Hongkong (-0,06%), dan dolar Singapura (-0,03%).

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Lestari Ningsih
Editor: Lestari Ningsih

Bagikan Artikel: